Berita Lampung Terkini

Opini Ikhsanudin: Industri Perbukuan Ditengah Wabah Covid-19

Lampungway.com – Kita semua berada di medan perang dengan musuh yang tak terlihat, oleh karena itu setiap peperangan tentu saja membutuhkan strategi untuk menang. Pastinya, di tengah kesulitan pasti masih ada peluang. Ikhsanudin* 

Covid-19 atau virus corona memang telah mewabah di negeri kita, hampir setiap hari media di televisi, koran ataupun media daring, tak luput memberitakan tentang hal tersebut, mulai dari angka kejadian, hingga kebijakan pemerintah untuk mengatasi pandemi covid-19.

Saat ini, segala sesuatu bisa terdampak oleh sesuatu yang tak tampak, virus corona telah menjadikan bangku sekolah tanpa kehadiran siswa karena kebijakan belajar di rumah, sholat jumat diganti sholat dhuzur, perayaan paskah di Gereja pun sepi tanpa adanya kedatangan para jamaah.

Pandemi virus corona ternyata juga berdampak di sektor industri, beberapa karyawan dirumahkan, driver ojek online juga mengalami dampak dengan turunnya pemasukan, bahkan industri buku juga terdampak dengan menurunnya jumlah pengunjung, bahkan ada toko buku yang terpaksa memutuskan untuk tutup sementara hingga wabah virus corona berakhir.

Mau tidak mau, kebijakan work from home atau bekerja dari rumah memang harus diterima dengan segala konsekuensi yang ada, tentu saja hal ini tidak bisa dilaksanakan oleh semua sektor industri.

Sektor perbukuan tampaknya mendapatkan tantangan tersendiri, dimana saat ini tentu saja tidak diperbolehkan untuk melaksanakan bedah buku karena dapat berpotensi menciptakan kerumunan, promosi buku bisa dilakukan secara daring melalui media sosial seperti facebook, instagram, blog atau twitter.

Tentu saja dengan adanya buruh yang terpaksa di phk, hal ini menunjukkan daya beli masyarakat yang menurun, sehingga masyarakat yang tidak menjadikan buku sebagai kebutuhan pokok, tentu akan memilih untuk membeli kebutuhan pokok.

Dalam kondisi normal, angka penjualan buku di Indonesia baik melalui toko buku, pameran dan sejenisnya, mengambil porsi setidaknya 80 persen dari total omzet buku umum secara nasional. Angka penjualan tersebut tidak termasuk penjualan buku ke sekolah

Namun hal yang berbeda terjadi di tengah pandemi covid-19, diperkirakan omzet industri perbukuan secara nasional mengalami penurunan hingga 25 persen bahkan bias lebih dibandingkan pada saat kondisi normal.

Tentu saja jika kondisi ini diabaikan, para pelaku industri perbukuan baik penerbit hingga toko buku akan mengalami defisit karena menurunnya jumlah buku yang terjual secara luring, sehingga pelaku industri seperti penerbit hingga pemilik toko buku tentu akan melakukan penyesuaian seperti penjadwalan kerja dengan sistem shifting, pengurangan jumlah karyawan atau mengurangi jumlah produksi agar perusahaan masih tetap berpenghasilan.

Meski toko buku sepi pengunjung, bukan berarti minat membaca akan menurun,  beberapa industri buku masih memiliki peluang untuk bernapas dengan menerapkan sistem pre-order. Yaitu sistem pembelian barang dengan memesan dan membayar terlebih dahulu sebelum produksi dimulai, dengan tenggang waktu tunggu (estimasi/perkiraan) sampai barang tersedia.

Selain itu, pihak penerbit juga menerapkan produksi buku secara print on demand, sehingga penerbit tidak melakukan percetakan buku secara besar-besaran, dan hanya mencetak sesuai dengan pesanan yang ada.

Saat ini teknologi untuk menggunakan cara ini sangat mungkin. Dengan teknologi modern dan terbaru penerbit dapat memproduksi buku dalam jumlah sedikit bahkan memungkinkan satu eksemplar sekalipun dengan kualitas tetap terjaga. Sehingga tingkat efektivitas dan efisiensi usaha menjadi sangat menguntungkan bagi perusahaan penerbitan. Kedua cara ini terbukti cukup ampuh, dan patut untuk ditingkatkan tentu dengan sentuhan kreativitas.

Kreatifitas merupakan hal yang semestinya bisa diterapkan khususnya dalam melakukan promosi. Misalnya seperti mengadakan sayembara berupa resensi buku atau mengadakan lomba blog, review buku, baik melalui media sosial ataupun youtube, cara-cara ini tentu saja tidak melibatkan kerumunan, dan secara tidak langsung, promosi bisa tetap berjalan. Pemenang sayembara bisa mendapatkan buku gratis atau diskon buku tertentu.

Hal ini tentu bisa dilakukan agar perputaran uang di sektor perbukuan tetap berjalan seiring dengan naiknya harga kertas. Dengan adanya perputaran ini, tentu saja mesin pencetak akan tetap bekerja dan dapat berproduksi meskipun di tengah pandemi.

Di media sosial saat ini cukup marak di selenggarakan seminar online yang ditayangkan secara live di facebook, ini artinya industri pelatihan juga mengalami adaptasi atas adanya pandemi covid-19 yang melarang adanya acara kumpul-kumpul.

Industri perbukuan tentu bisa menjadikan media daring sebagai salah satu solusi untuk mempromosikan buku yang akan atau telah diterbitkan, pihak penerbit serta penulis tentu bisa melaksanakan bedah buku secara daring melalui aplikasi zoom atau live di instagram.

Selain itu, membuat giveaway dengan sayembara sederhana seperti mewajibkan peserta sayembara untuk mengunggah cover buku yang tengah di promosikan juga menjadi upaya promosi secara gratis.

Ditengah masa sulit, penjualan buku versi digital tentu bisa menjadi peluang ditengah pandemi, meski harga jual lebih murah, namun hal ini diharapkan juga dapat membuat arus kas tetap berputar.

Ditengah situasi sulit, kita dirangsang untuk terus mengasah kreatifitas untuk tetap mendapatkan uang. Pihak penerbit sudah semestinya beradaptasi dengan hal ini, pelajari bagaimana cara promosi di sosial media.

Selain itu, pihak penerbit ataupun penulis bisa mengajak masyarakat untuk berdonasi, misalnya 15 persen keuntungan akan disumbangkan untuk penyediaan masker dan alat pelindung diri bagi para tenaga kesehatan, tentu saja selain tetap mendapatkan pemasukan, hal ini juga turut serta mewujudkan kepekaan sosial untuk saling membantu di masa sulit.

Hal ini tentu saja membutuhkan kerjasama dari banyak pihak, seperti penerbit, penulis sampai komunitas penulis atau pegiat sastra untuk senantiasa menunjukkan kepeduliannya dengan menulis, membaca dan tetap berbagi ditengah pandemi.

Kita semua berada di medan perang dengan musuh yang tak terlihat, oleh karena itu setiap peperangan tentu saja membutuhkan strategi untuk menang. Pastinya, di tengah kesulitan pasti masih ada peluang.

*Praktisi Penerbitan Buku dan Penjual Kopi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *