Fenomena Perang Sarung, Minimnya Pemahaman Nilai-nilai Pancasila di Tengah Generasi Muda

Bandarlampung (LW): Fenomena perang sarung yang belakangan ini marak terjadi di masyarakat, khususnya di kalangan remaja Bandarlampung, mulai mengundang perhatian serius. Banyak pihak yang menilai bahwa kejadian tersebut merupakan indikasi dari minimnya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, terutama di kalangan generasi muda.

Hal ini menjadi sorotan dalam giat sosialisasi pembinaan ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan yang digelar Anggota DPRD Kota Bandarlampung, Rezki Wirmandi, di Labuhan Ratu, Senin (10/3).

Akademisi dari Universitas Bandar Lampung (UBL), Anggalana, yang menjadi salah satu pemateri, mengungkapkan bahwa fenomena perang sarung merupakan refleksi dari ketidakmampuan generasi muda dalam memahami pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Menurut Anggalana, salah satu penyebab utama maraknya perang sarung adalah adanya kekosongan dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah, terutama yang berkaitan dengan pelajaran Pancasila.

“Kebanyakan sekolah saat ini, kurikulum pendidikan Pancasila sudah tidak diajarkan dengan semestinya. Hal ini menyebabkan pemahaman terhadap ideologi dasar negara ini semakin luntur, sehingga perilaku negatif seperti perang sarung dapat dengan mudah diterima sebagai hal yang wajar,” ujar Anggalana.

Anggalana menambahkan bahwa pendidikan Pancasila seharusnya memberikan pemahaman mendalam mengenai nilai-nilai luhur bangsa, seperti gotong royong, toleransi, persatuan, dan kesatuan. Namun, ia menyebutkan bahwa nilai-nilai tersebut kini semakin tergerus seiring dengan perkembangan zaman, serta kurangnya kesadaran kolektif di masyarakat untuk menjaga dan mengamalkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila.

“Ini juga bagian dari dampak negatif teknologi khususnya game online yang bisa dibilang meretas pemikiran anak-anak atau para remaja untuk melakukan hal-hal negatif, salah satunya seperti perang sarung,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota DPRD Kota Bandarlampung, Rezki Wirmandi, mengajak masyarakat untuk kembali menghidupkan semangat ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, terutama sila pertama (Ketuhanan yang Maha Esa) dan sila ketiga (Persatuan Indonesia). Rezki menilai bahwa fenomena perang sarung yang lebih sering terjadi di kalangan remaja dapat dihubungkan dengan rendahnya pengetahuan agama serta kurangnya pemahaman mengenai pentingnya menjaga persatuan bangsa.

“Pancasila bukan hanya simbol negara, melainkan landasan yang mengatur kehidupan kita sebagai bangsa. Penting untuk menanamkan pemahaman tentang sila pertama yang mengajarkan kita untuk menghormati Tuhan Yang Maha Esa, dan sila ketiga yang mengingatkan kita untuk menjaga persatuan Indonesia. Jika kedua sila ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka sulit bagi perilaku negatif seperti perang sarung untuk berkembang,” jelas Rezki.

Pernyataan ini sejalan dengan pandangan banyak pihak yang menilai bahwa kebebasan berekspresi yang semakin terbuka di era digital kerap disalahgunakan oleh sebagian kalangan generasi muda untuk mengekspresikan diri dalam bentuk perilaku yang tidak mendidik, seperti perang sarung. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan Pancasila yang kuat dan diterapkan sejak dini akan sangat membantu membentuk karakter positif di kalangan generasi muda.

Lebih lanjut, baik Anggalana maupun Rezki Wirmandi mengimbau kepada semua lapisan masyarakat, termasuk para orang tua, pendidik, dan tokoh masyarakat, untuk bersama-sama membina dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga berharap agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah strategis untuk memasukkan kembali pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan nasional, guna memperkuat pemahaman ideologi negara dan mencegah munculnya perilaku-perilaku negatif yang dapat merusak moral dan kesatuan bangsa.

“Mari kita semua berperan aktif dalam memperkuat rasa cinta tanah air dan pemahaman ideologi Pancasila di kalangan generasi muda. Dengan begitu, kita dapat menjaga integritas bangsa dan mencegah munculnya budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila,” tutup Rezki.

Fenomena perang sarung yang marak terjadi ini bukan hanya sekadar masalah perilaku remaja, tetapi juga menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk memperkuat pendidikan karakter dan ideologi Pancasila di seluruh lapisan masyarakat, khususnya generasi muda, agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang memiliki wawasan kebangsaan yang kokoh.

Diketahui, sosialisasi permainan ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan yang digelar anggota DPRD Kota Bandar Lampung Rizky wirmandi tersebut, turut dihadiri ketua DPC Partai Demokrat Bandar Lampung yang juga merupakan anggota DPRD Provinsi Lampung Budiman AS. ( LW)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *