SEPAKBOLA itu seksi. Seperti yang seksi-seksi, semua orang selalu tertarik untuk membincangkannya. Uniknya yang berbincang jauh lebih banyak dari yang main berkubang.
Tak heran sepakbola kita jauh lebih ramai dalam perdebatan ketimbang dalam perbuatan. Gawatnya lagi, yang berdebat seringkali merasa lebih hebat ketimbang mereka yang berbuat.
Nah, Senator Bustami Zainudin tergolong orang yang sedikit bicara banyak kerja. Meski tidak sedang mengejar apa pun, sang Senator membuat _event_ turnamen.
“Dalam rangka memperingati HUT-RI ke-75,” katanya.
Bustami sadar betul apa yang dilakukannya bukan sesuatu yang besar. Tapi ia merasa itu lebih baik ketimbang hanya berpangku tangan alias diam saja. “Prinsipnya, lebih baik kita berbuat yang kecil ketimbang berteriak saja yang kencang!” katanya.
Sang senator Bustami sendiri bukan orang lain dalam dunia olahraga. Hingga saat ini ia masih menjadi dewan pembina KONI Lampung. Dan di dunia sepakbola sendiri, Bustami menjadi pembina manajemen Kompetisi Lampung.
Jadi, kegiatan yang dibuatnya
selain berbuat nyata, meski hanya kecil saja bagi sepakbola, juga untuk menyambut Kemerdekaan. Artinya sekali dayung dua pulau terlampaui.
Selain, usia peserta turnamen yang dibatasi 15 tahun, ini pun dimaksudkan untuk mengingatkan pada kita semua pentingnya pembinaan. Nah, jelang Piala Dunia U-20 tahun depan, orang ramai bergunjing soal perlu tidaknya naturalisasi.
Persoalan utamanya, secara faktual kita dihadapkan pada kurangnya lahan pembinaan. Dari pada berdebat perlu tidaknya naturalisasi ada baiknya kita berbuat.
Selain itu, kegiatan ini juga merupakan membiasakan hidup baru alias New Normal. Maklum, sejak pandemi Covid-19, seluruh aktivitas luar rumah dibatasi. Nah, ketika kita harus hidup berdampingan dengan pandemi, maka olahraga adalah jawabannya. Dengan terus berolah raga, maka insyaa Allah tubuh kita jadi sehat. Dengan tubuh yang sehat, maka imunitas kita meningkat. Ujungnya covid-19 tak bisa menyergap.. (LW)