Bandarlampung (LW): Anjloknya harga singkong mempengaruhi nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Lampung.
Hal ini dikatakan Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Lampung Sahlan Syukur, bahwa salah satu indikator NTP, salah satunya kesejahteraan para petani.
“Bagaimana petani mau berjaya dan sejahtera, harga singkong saja anjlok dan ini bisa jadi mempengaruhi nilai tukar petani di Provinsi Lampung,” ucap Aan, sapaan karibnya (19/3).
Untuk itu, Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Lampung ini mengimbau kepada Pemprov Lampung dalam hal ini Gubernur Arinal Djunaidi untuk lebih fokus menangani hal ini.
“Harus dicarikan solusi dan tentunya harus lebih inovatif lah dalam memaksimalkan potensi komoditi tersebut. Seperti misalnya, dimanfaatkan menjadi beberapa olahan agar memiliki nilai jual yang tinggi dan Petani bisa sejahtera,” kata dia.
Politisi PDIP Lampung ini juga mengungkapkan bahwa petani di Lampung bukan hanya berduka karena anjloknya harga singkong saja, melainkan harga komoditi lainnya pun ikut mengalami anjlok.
“Seluruh komoditi mengalami penurunan harga bukan hanya singkong, itu efek dari suplainya banyak sementara permintaannya sedikit, dan ini juga efek dari pandemi karena beberapa negara membatasi ekspornya,” ujarnya.
Politisi PDIP itu menilai, turunnya harga singkong ini juga disebabkan adanya permainan, yang menyebabkan petani saat ini mengeluh dengan hasil tanamnya.
“Tetapi kan ini ada permainan kotor di balik itu, sehingga di korbankanlah petani ini. Nah kita akan cari akarnya, kita akan cek ke lapangan dengan komisi II,” jelasnya.
Pun ia berharap, pemerintah dapat memperhatikan petani yang bertahan hidup di masa pandemi seperti ini.
“Saya juga berharap kepada pemerintah jangan hanya duduk diam saja, duduk dengan teoritis, cobalah gali, yang membutuhkan singkong kita ini di negara mana saja. Simpelnya aja berapa si pabrikan di Lampung, berapa kapasitas, berapa produksi petani, suprus atau minus,Jika suprus berarti kan harus ada yang di jual ke tempat lain, sehingga kestabilan harga terjamin,” tegasnya. (LW)