Bandarlampung (LW): Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital yang melanda segala lini kehidupan, nilai-nilai luhur bangsa dinilai kian tergerus. Hal inilah yang menjadi perhatian serius Anggota DPRD Kota Bandarlampung, Rezki Wirmandi, saat melaksanakan sosialisasi pembinaan ideologi Pancasila dan wawasan kebangsaan di Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Kedaton, Senin (12/5).
Kegiatan yang berlangsung dengan antusiasme tinggi dari warga ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran ideologis masyarakat terhadap Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan pemersatu bangsa, terutama di tengah ancaman krisis moral dan spiritual generasi muda.
Dalam sambutannya, Rezki menegaskan bahwa tantangan bangsa hari ini bukan lagi hanya pada aspek ekonomi atau politik, namun lebih dalam, yakni krisis karakter yang dipicu oleh lemahnya pemahaman nilai-nilai kebangsaan.
Menurutnya, peran orang tua, tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan sangat penting dalam membendung arus penyimpangan nilai-nilai luhur bangsa.
“Ini bukan hanya soal sosialisasi formal, tapi soal perjuangan menjaga jati diri bangsa agar tidak larut dalam gelombang zaman,” ucap Ketua Fraksi Demokrat Bandarlampung ini.
Sosialisasi ini menghadirkan dua narasumber utama yang memberikan pemaparan tajam dan relevan terhadap kondisi sosial masyarakat saat ini.
Anggalana, akademisi dari Universitas Bandar Lampung (UBL), mengangkat tema tentang degradasi moral dan spiritual, serta bahaya hedonisme yang kian merajalela. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bagaimana gadget dan media sosial menciptakan generasi yang cenderung individualis, konsumtif, dan jauh dari nilai-nilai kekeluargaan.
“Kita tengah menghadapi gelombang besar berupa degradasi moral dan spiritual. Contoh nyata dan menyedihkan adalah fenomena anak-anak dan remaja yang bermain game online di halaman masjid saat waktu salat. Ini alarm keras bagi kita semua,” kata Anggalana.
“Selain itu, kita juga kerap menyaksikan anak-anak lebih akrab dengan layar ketimbang dengan orang tuanya. Percakapan hangat di meja makan digantikan dengan kesunyian karena semua sibuk dengan ponsel masing-masing. Ini bukan sekadar perubahan gaya hidup, ini krisis sosial,” tambah Anggalana.
Ia juga mengingatkan bahwa kemajuan teknologi harus diimbangi dengan penguatan spiritualitas dan nilai kemanusiaan. Tanpa itu, Indonesia hanya akan memiliki generasi pintar secara teknologi namun rapuh secara karakter.
Sementara itu, pemateri lainnya, Budiman AS — Anggota DPRD Provinsi Lampung yang juga menjabat sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Bandarlampung — menyoroti secara khusus dampak negatif penggunaan gadget terhadap anak muda. Menurutnya, gadget ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi menjadi alat produktif, namun di sisi lain menjadi racun sosial jika tidak dikendalikan.
“Anak-anak kita hari ini bisa mengakses informasi global hanya dengan satu klik. Tapi mereka juga bisa terseret arus konten beracun yang menumpulkan nurani dan semangat kebangsaan,” kata Budiman.
Ia mendorong agar pendidikan karakter dan literasi digital menjadi prioritas dalam kurikulum pendidikan serta kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Budiman juga mengingatkan peran keluarga sebagai benteng pertama dalam membentuk kepribadian anak. (LW)