Lampungway.com – Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 372. Pada Kisah dalam Sinopsis Jodha Akbar Episode 371 sebelumnya, Debroo menuliskan tentang Bagaimana raja jalal yang memberikan pelajaran berharga untuk ratu ruqayah dan ratu jodha serta ratu salima senang dengan keputusan yang mulia raja, serta para anak-anak yang sedang berkompetisi dalam memanah sasaran dan yang kalah yakni pangeran salim. Mari simak kelanjutanya.
Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 372
Saat Siang hari dihalaman istana, Rahim menyuruh para prajurit untuk bertarung menggunakan pedang melawan para pangeran kecil Kerajaan Mughal, semua anak-anak mengambil pedangnya masing-masing, sementara pada saat itu tiba-tiba Pangeran Salim kembali teringat bagaimana Murad mengejeknya, kemudian Pangeran Salim mulai berlatih bertarung dengan salah seorang prajurit, “Pangeran Salim, tolong konsentrasi, focus” kata prajurit, tapi Pangeran Salim tdak mengindahkan kata-kata prajurit tadi, Pangeran Salim kembali teringat bagaimana Haidar mengejeknya tadi, Pangeran Salim kesal dengan perlakuan Murad dan Haidar. Tak berapa lama kemudian Rahim datang menemui Pangeran Salim “Pangeran! mana konsentrasimu?” tanya Rahim, “Buatlah pedang menjadi bagian dari tubuhmu dan lawanlah dengan seluruh kekuatanmu, Pangeran Salim” ujar Rahim.Semua anak-anak terlibat latihan pertarungan dengan para prajurit, mereka berusaha sekuat tenaga untuk melawan para prajurit, sampai akhirnya Rahim menghentikan latihan mereka “Berhenti semua! sekarang kita istirahat dulu setelah itu kita akan berlatih memanah” ujar Rahim, anak-anak nampak sangat antusias dalam hal berlatih pedang kecuali Pangeran Salim.
“Murad, kau sangat menakjubkan dengan pedangmu tadi, kau pasti akan menjadi kstaria yg tangguh! tapi coba lihat pewaris tahta kerajaan kita, memegang pedang saja dia tdak becus” ujar Haidar sambil menuding kearah Pangeran Salim, Murad juga menoleh kearahnya dan mereka berdua tertawa bersama-sama sambil berlalu darisana, sementara itu Pangeran Salim yg memperhatikan mereka dari tadi, merasa semakin kesal dengan ejekan Murad dan Haidar.
Siang itu dikebun istana, tampak Nadira, Sakina dan Qadir sedang bermain disana, mereka sedang melempari buah mangga dengan menggunakan batu dengan harapan salah satu batu yg mereka lempar itu bisa mengenai buah mangga tersebut hingga jatuh, tapi sayangnya tdak ada satupun batu yg mengenai sasaran. “Sudahlah, kalau begitu aku akan naik ke atas, aku akan petik buah mangga itu!” kata Qadir, “Jangan Qadir! ini kebun istana! sudah, aku tdak mau ikutan dengan kalian berdua, aku pergi!” kata Sakina sambil berlalu darisana. “Dasar anak bodoh! jangan khawatir Qadir, aku akan bareng kau, tdak ada seorangpun yg akan kesini, ayoo naiklah, ambil buah mangga itu” kata Nadira,
Qadirpun menurut dan dia langsung melompat keatas pohon mangga. Sementara itu disisi sebelah satunya pohon mangga itu, tampak Pangeran Salim kembali mendekati pohon mangga yg juga dipanjat oleh Qadir, dalam hatinya Pangeran Salim berkata: “Mereka telah melecehkan calon pewaris tahta kerajaan, sekarang aku akan mengenai target buah mangga itu dan aku akan bilang ke Murad bahwa aku pantas memiliki peralatan memanah ini!” bathin Pangeran Salim sambil memandangi pohon mangga didepannya dan mulai mengarahkan anak panahnya kesasaran buah mangga tersebut, kali ini sasarannya tepat mengenai target,
tapi tiba-tiba Qadir yg saat itu sedang duduk dipohon mengerang kesakitan “Aaaarrrgghhhhh” erang Qadir lalu dia pun terjatuh ketanah. Pangeran Salim sangat terkejut melihat ada seorang anak laki-laki yg mengerang kesakitan, didadanya tertancap anak panah Pangeran Salim yg dilesatkan kearah buah mangga tadi , sementara itu Nadira melihat Pangeran Salim dan memandangnya dengan perasaan tdak suka, “Qadir, jangan khawatir, aku akan mencari bantuan, bertahanlah.” ujar Nadira, Qadir masih terus mengerang kesakitan, Sementara Pangeran Salim yg melihat dari kejauhan mulai menangis ketakutan, “Apa yg telah kau lakukan Pangeran Salim?” bathin Nadira
Dirumah Qadir, Qadir tdak sadarkan diri, luka-lukanya sedang diobati oleh seorang tabib, saat itu Nadira dan Sakinah juga ikut menemani Qadir, paling tdak memberikan dukungan terhadap nenek Qadir yg sudah sangat tua, “Qadir saat ini dalam keadaan yg kritis, kita harus menungggu sampai nanti malam, mudah-mudahan Qadir bisa melewati masa kritisnya” kata tabib, “Yaaa, Allah, anak dan menantuku telah meninggal semua, aku cuma punya Qadir, satu-satunya cucuku ini, kenapa dia menyerang Qadir? siapa dia yg telah menyerang Qadir?” ujar nenek Qadir,
“Orang itu adalah Pangeran Salim, nek, Putra mahkota Raja Jallaludin Muhammad Akbar” ujar Nadira, “Nadira! apa yg kau katakan? jangan menuduh orang lain!” kata tabib, “Saya tdak menuduh tapi saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, Pangeran Salim telah menyerang Qadir dengan panahnya” kata Nadira lagi, “Lalu, siapa yg akan memberikan keadilan untukku?” tanya nenek. “Raja Jalalludin Muhammad Akbar, nek! dia yg biasanya memberikan keadilan untuk rakyatnya, pergilah kesana, nenek bisa mengadu pada Yang Mulia, dia pasti akan mendengarkanmu” kata Nadira.
Sementara itu didalam istana, Pangeran Salim berlari menuju kamar ibunya (Ratu Jodha), dan langsung duduk diatas tempat tidur dengan hati yg gelisah, perasaannya berbaur menjadi satu antara takut, sedih, was was cemas dan lain sebagainya. Ratu Jodha yg saat itu sedang merawat rambutnya dengan wewangian ditemani oleh Shamshad dan salah seorang pelayan langsung merasa ada yg tdak beres pada anaknya,
“Pangeran Salim, kau kenapa?” tanya Ratu Jodha, “Ibu pikir, kau kecapekan yaa, Ibu tahu, latihan pedang itu memang sulit tapi kau akan baik-baik saja nanti” kata Ratu Jodha lagi, tapi Pangeran Salim hanya diam saja, Pangeran Salim nampak bingung tdak karuan, melihat anaknya gelisah, Ratu Jodha langsung menghentikan perawatan rambutnya dan berdiri lalu mendekati Pangeran Salim, “Pangeran Salim, adakah sesuatu yg kau khawatirkan?” tanya Ratu Jodha, “Tdak ibuu, aku hanya kecapekan” jawab Pangeran Salim, “Ya sudah kalau begitu kau minum susu dulu yaa, Shamshad, tolong buatkan susu buat Pangeran Salim yaa” pinta Ratu Jodha,
“Baik, Yang Mulia, “ jawab Shamshad kemudian berlalu dari sana, “Maasa (ibu), aku tdak lapar, aku hanya ngantuk, aku ingin tidur” ujar Pangeran Salim sambil membaringkan tubuhnya dipangkuan Ratu Jodha, “Baiklah, tidurlah” kata Ratu Jodha, “Suatu hari nanti, kau akan menjadi ksatria yg tangguh, nak” ujar Ratu Jodha lagi tapi saat itu Pangeran Salim masih ketakutan, baygan Qadir yg terkena panahnya kembali hadir dalam ingatannya, Pangeran Salim berusaha melupakan semua itu dan diapun tertidur.
Nenek Qadir meminta masuk kedalam istana ditemani oleh saudaranya yg menggendong tubuh Qadir, Qadir masih tdak sadarkan diri, setelah meminta ijin pada prajurit penjaga pintu gerbang, nenek Qadir dipersilahkan masuk. Tepat pada saat itu para Pangeran sedang bermain dibalkon istana, semuanya nampak asyik bermain, sementara Pangeran Salim memisahkan diri dari mereka, dia termenung diam sendirian. “Ayoolah, Pangeran Salim, kita bermain yuuuk!” ajak Murad, “Aku sedang tdak ingin bermain, main saja sendiri!” bentak Pangeran Salim sambil menjauh dari mereka, tepat saat itu Pangeran Salim melihat Qadir dibopong oleh saudaranya bersama neneknya masuk ke dalam istana, Pangeran Salim benar-benar terkejut, “Waaah, gawat, mereka pasti akan mengadu pada ayah, bagaimana ini? apa yg harus aku lakukan?” kata Pangeran Salim.
Sementara itu dirumah Nadira, Zil Bahar bertanya pad Nadira tentang kenyataan yg sebenarnya yg menimpa Qadir, “Nadira, kau yakin bahwa Pangeran Salim adalah pelakunya?” tanya Zil Bahar, “Aku melihatnya sendiri, bu, Pangeran Salim memanah Qadir tepat didadanya, aku sudah mengatakan hal ini pada neneknya Qadir” jawab Nadira, “Lalu apa yg harus kita lakukan, Nadira?” tanya Zil Bahar,
“Aku telah mengatakan kenyataan yg sebenarnya cuma sama neneknya Qadir, bu, dimata Tuhan kita sebagai manusia adalah sama, iya kan, bu?” ujar Nadira, “Hmmm, nanti kalau Yang Mulia memanggil kau dipengadilan, lebih baik kau diam saja” kata Zil Bahar, “Tapi ibuuu, aku akan mengatakan yg sebenarnya pada Yang Mulia” ujar Nadira, “Cukup Nadira!! Raja Jalalludin adalah penguasa kita disini dan Pangeran Salim hanyalah seorang anak kecil, dia mungkin telah berbuat kesalahan, tapi ini bukan dosa, ini hanya sebuah kesalahan yg tdak sengaja jadi lebih baik kau tutup mulutmu didalam persidangan nanti!” tegas Zil Bahar
Siang itu diPengadilan Kerajaan Mughal, tampak Raja Jalal sedang duduk disinggasananya yg letaknya sangat tinggi diatas setinggi tubuh orang dewasa, sehingga para rakyat yg mencari keadilan disana harus mendongak keatas agar bisa melihat sang Raja, sementara para Ratu special dan ibu ratu Hamida berada disamping kiri dan kanan singgasana sang Raja tertutup sehelai tirai kelambu.
Raja Jalal membuka pengaduan rakyatnya dipengadilan Kerajaan Mughal, sampai akhirnya tiba giliran nenek Qadir menghadap Raja Jalal, nenek Qadir tak henti hentinya menangis melihat kondisi Qadir cucunya yg di baringkan disebuah bale-bale dihadapan Raja Jalal, nenek Qadir memperlihatkan semua luka ditubuh Qadir. “Siapa yg melukainya, nek?” tanya Raja Jalal, “Aku akan memberikan keadilan” ujar Raja Jalal lagi, “Yang Mulia, cucu saya ini Qadir adalah satu-satunya harapan saya” ujar nenek Qadir sambil terus menangis,
“Aku berjanji aku akan menghukum orang yg melukai cucumu” kata Jalal, lalu nenek Qadir menceritakan semua kejadian yg menimpa Qadir, “Katakan siapa namanya, bu?” tanya Jalal, “Pelakunya tdak lain adalah orang dalam istana, Yang Mulia” kata nenek Qadir lagi, “Katakan namanya, kau tdak usah takut, siapa yg telah melakukan dosa ini?” tanya Jalal penasaran. “Saya takut bahwa anda Yang Mulia tdak akan menghukum dia pelakunya” ujar nenek Qadir masih dengan berlinangan air mata,
“Tdak, nek, saya hadir disini untuk memberikan keadilan jadi jangan takut, katakan saja siapa namanya?” tanya Raja Jalal lagi, “Pelakunya adalah, Pangeran Salim, Yang Mulia” ujar nenek Qadir. Raja Jalal dan semua yg hadir disana sangat terkejut mendengar nama Pangeran Salim disebut sebagai pelakunya. “Nenek, kau tau siapa yg kau tuduh ituu?” tanya Jalal, “Iyaaa, saya tahu Yang Mulia, tapi itulah kenyataannya” ujar nenek Qadir, “Perempuan tua ini mungkin tdak waras, Yang Mulia! atau ini adalah tipu dayanya untuk menghina Kesultanan Mughal!” kata Rukayah sinis,
“Saya hidup tdak lama lagi, Yang Mulia, buat apa saya berbohong kepada anda, anda harus memberikan keadilan pada cucu hamba ini, Yang Mulia” ujar nenek Qadir, “Aku pasti akan melakukan itu, nek!” tegas Raja Jalal. “Kahe Kahna (Rahim) apakah kau melihat Pangeran Salim menyerang anak ini?” tanya Raja Jalal pada Rahim, “Saya tdak melihatnya, Yang Mulia, kami semua sedang berlatih bertarung saat itu, tdak terjadi apa-apa disana” jawab Rahim, lalu Jalal memanggil semua pangeran untuk masuk kedalam ruang pengadilan,
Pangeran Salim memberikan salam pada ayahnya tapi tubuhnya gemetar ketakutan, “Sekhu Baba, anak yg ada didepanmu itu sedang tdak sadarkan diri, dia terkena anak panah, ayah ingin tahu, apakah kau yg melukainya, jawab ayah?” tanya Raja Jalal pada Pangeran Salim, “Tdak, tdak ayah, aku tdak melukainya” jawab Pangeran Salim, “Nah, nek, kau dengarkan apa yg barusan Pangeran Salim katakan? tdak ada yg melihat pada saat kejadian itu, tapi jika ada saksi yg bisa membuktikan tuduhan ini, kau bisa mengatakannya” kata Jalal. “Ada, ada Yang Mulia” kata nenek Qadir sambil mengangguk-angguk, “Ada seorang anak perempuan yg melihat Pangeran Salim melukai cucu hamba dengan anak panahnya” ujar nenek Qadir, “Siapa dia??” tanya Raja Jalal, “Dia adalah anak perempuannya Rashid Khan, Nadira” kata nenek Qadir.
Raja Jalal langsung menyuruh para prajurit untuk membawa Nadira masuk kedalam ruang sidang, tak lama kemudian Nadira memasuki ruang sidang ditemani oleh ibunya Zil Bahar, Nadira pun memberikan salam pada Raja Jalal. Pangeran Salim langsung menatap Nadira dengan perasaan was was, Nadira juga memandangnya dengan perasaan penuh kebencian. “Nadira, kata nenek tua ini Pangeran Salim telah melukai cucunya, aku ingin tahu apakah kau melihat Pangeran Salim melukai anak ini?” tanya Raja Jalal. Nadira tampak kebingungan, kemudian dia menoleh kebelakang menatap ibunya untuk mendapatkan dukungan. Dengan Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 372 pun berakhir. Ayo simak terus Kisah selanjutnya pada Episode 373 berikutnya Hanya di Lampungway.com