Menurut Survey, Pengguna di Indonesia sudah mulai tinggalkan BlackBerry. Hampir semua toko Smartphone di indonesia sudah tidak menjual Blackberry karena jarang ada pesanan dari pelanggan. Menurut beberapa Toko, tahun-tahun lalu dari 10 unit penjualan smartphone, 9 diantaranya adalah Blackberry. Tapi sekarang, dari 100 unit Penjualan, hanya 1 diantaranya Blackberry. “Orang-orang benar-benar sudah meninggalkan Blackberry” tutur salah seorang karyawan Toko smartphone.
Menurut Data IDC, pada 2011 dan 2012 hampir separuh dari pasar Indonesia dikuasai oleh BlackBerry. Tapi terjadi penurunan tajam pada tahun setelah itu, Bahkan untuk tahun ini, pangsa pasar BlackBerry di negara ini hanya tinggal 3 % saja. Hal ini membuat brand tersebut di bawah kebanyakan produsen smartphone di Indonesia. Pangsa pasar BlackBerry pun di bawah pangsa pasar Smartfren.
Grafik Penjualan Blackberry di indonesia
Andy Cobham – marketing bisnis BlackBerry di Indonesia, menyalahkan manajemen perusahaan asal Kanada itu untuk berbagai masalah yang terjadi di Indonesia. Menurut nya, BlackBerry selalu ingin menjadi pemegang keputusan terakhir untuk semua kebijakan penjualan yang ada di Indonesia.
Misalnya dalam sebuah promosi penjualan BlackBerry Bold 9790 pada tahun 2011, BlackBerry telah menawarkan diskon 50% untuk seribu orang pembeli pertama. Kantor BlackBerry lokal mencoba menyakinkan kantor pusat untuk membatalkan promosi ini, dengan alasan mereka takut terjadi kerusuhan. Dan memang itulah yang terjadi.
Blackberry juga kehilangan respons positif di Indonesia saat mantan CEO Thorsten Heins berkata bahwa perusahaan itu akan meninggalkan pasar konsumen untuk fokus pada bisnis enterprise. Padahal kebanyakan penjualan di Indonesia ditujukan untuk pasar konsumen.
Pemerintah Indonesia membuat situasi lebih buruk karena meminta perusahaan itu membangun sebuah pabrik di Indonesia. BlackBerry tidak hanya menolak permintaan ini, tapi justru membangun pabrik di Malaysia.
“BlackBerry adalah sebuah produk kelas dunia, tapi Waterloo (markas BlackBerry) salah mengurusnya. Mereka bukan pemain global. Mereka seperti pemain di kota kecil,” kata Andy Cobham.