Lampungway.com – Inilah Sinopsis Veera Episode 152. Cerita ini merupakan Lanjuatan dari Inilah Sinopsis Veera Episode 151 Sebelumnya, Setelah acara pesta pernikahan, upacara perpisahan pun dimulai, Nimmo menangis sedih selama acara Bidaai (upacara perpisahan), semua orang yang disana juga ikutan sedih “Kakak Nimmo, kenapa kakak menangis ?” tanya Veera heran, Bansuri memberikan kode ke Veera untuk tidak bertanya tanya lagi namun Veera tidak mau berhenti bertanya, Veera terus bertanya kenapa Nimmo menangis terus kemudian memeluk semua orang, karena tidak ada yang menjawab, Veera bertanya pada bibi Moti tentang hal yang sama
“Veera, Nimmo menangis itu karena dia harus meninggalkan rumahnya” jelas bibi Moti “Lalu kenapa harus menangis ? kak Nimmo kan pergi dengan kemauannya sendiri dan tidak ada seorang pun yang memaksanya untuk pergi, iya kan ?” tanya Veera polos “Veera sayang, dalam Bidaai semua orang akan menangis dan dengan sebuah pernikahan maka sebuah hubungan baru telah dibuat” ujar bibi Moti lagi
“Tapi kakak pernah bilang ketika sebuah hubungan terbaru telah dibuat maka kita boleh menangis dan itu adalah yang terbaik” ujar Veera polos “Semua orang yang ada disini jangan khawatir ataupun menangis karena kak Nimmo akan pergi ke sebuah desa yang sangat jauh dan kalian semua bisa menemuinya ketika kalian ingin bertemu dengannya” bibi Moti bisa menerima pendapat Veera
“Iya betul, anak anak tidak akan pernah menjadi orang asing untuk orang tua mereka masing masing” sela Ratan “Ini adalah sebuah pesta yang untuk dirayakanNimmo akan menjadi yang terbaik dan berbeda dari yang lain Nihal menyapa mertua Nimmo yang sedang berada diluar “Kalian pasti akan terkejut karena kali ini pesta perpisahannya agak sedikit berbeda dan mulai dari sekarang setiap anak perempuan yang telah menikah akan dikirimkan ke rumah mertuanya dengan perasaan bahagia” ujar Nihal yang kemudian pergi meninggalkan mertua Nimmo
Saat itu Nihal mulai memainkan boneka, Ranvi dan Veera segera masuk ke dalam kamar karena Veera sudah mengantuk, semua wanita dan anak anak mulai menari kembali, tak lama kemudian Balwant datang ke tempat pesta tersebut, namun tidak ada seorangpun yang melihatnya, Balwant kelihatan sangat sedih, bibi Moti dan Ratan yang melihat Balwant segera mengabarkan ke Balwant
“Tuan Balwant kalau kamu datang lebih awal tadi maka kamu akan melihat perpisahan yang spesial yang kami berikan untuk Nimmo” ujar mereka senang, saat itu polisi datang bersama mereka, Balwant sangat sedih dan meminta semua orang untuk berhenti menari dan bernyanyi, Balwant mulai menangis pilu “Tuan Balwant, kenapa kamu menangis ?” seluruh warga desa merasa heran dengan sikap Balwant, sambil menangis Balwant berkata “Sampooran sudah tidak ada lagi di dunia ini” semua orang tercengang mendengar pengakuan Balwant Bibi Moti tidak percaya dengan ucapan Balwant “Ini pasti ada kesalahpahaman” ujar bibi Moti,
Sementara Ratan langsung berteriak ke arah Balwant “Berani beraninya kamu mengatakan hal yang semacam itu, tuan Balwant !” teriak Ratan “Tuan Balwant mengatakan hal yang sesungguhnya, nyonya” sela polisi sambil mengulurkan baju Sampooran ke bibi Moti untuk mengeceknya,
Bibi Moti langsung terkejut ketika mengenali kalau baju itu memang bajunya Sampooran, bibi Moti kemudian menyuruh Ratan menyentuh pakaian Sampooran itu dan meminta pendapat Ratan, apakah itu bajunya Sampooran atau bukan “Apakah kalian telah yakin kalau itu adalah Sampooran ?” sela Kartar pada polisi tersebut
“Kami telah berusaha untuk mencari identitasnya tapi belum menemukan, oleh karena itu kami telah mengkremasi jenazahnya sesuai dengan peraturan pemerintah” ujar polisi itu lagi tapi Ratan tetap menolak kenyataannya dan berkata “Sampooranku tidak mungkin akan meninggalkanku !” teriak Ratan sambil berlari keluar, Balwant, Kartar dan Nihal segera mengikutinya di belakang,
Ratan segera berhenti di dekat traktor, Ratan melihatnya dengan cemas kemudian segera menaikinya dan mulai mengendarai traktor tersebut sebelum siapapun dapat menghentikannya Ratan melarikan diri, sementara Balwant, Nihal dan Kartar terus mengikutinya di belakang,
Saat itu Veera sedang melihat foto, Veera ingin ibunya terlihat cantik seperti yang ada di foto, Veera berharap ayahnya akan segera datang sehingga ibunya akan selalu terlihat cantik,
Pada saat yang bersamaan Ratan menghentikan traktornya di tengah tengah ladang dan berlari ke arah ladang, Nihal masih mengikutinya dibelakang, Blawant dan Kartar sudah tidak terlihat lagi, Ratan lalu berlutut di tengah ladang sambil berteriak “Sampoooooraaaannnn !!!” Nihal hanya bisa berdiri melihatnya
“Bagaimana bisa Sampooran meninggalkan aku ketika dia telah berjanji kalau akulah yang akan meninggal terlebih dulu sebagai suhaagan ! Bagaimana bisa dia melanggar janjinya ! Ketika aku selalu menjaga janjiku padanya ! Sekali lagi kamu telah menghancurkan hatiku, Sampooraaan dengan meninggalkan aku seperti ini !” Ratan terus menerus mengulang ucapannya ini berulang kali sambil menangis dengan keras,
Balwant dan Kartar saat itu datang dengan mobil jeep, tepat pada saat itu Ratan jatuh pingsan dan Nihal segera memegangnya dengan erat, kemudian membawanya, Nihal dan Kartar saling berpandangan satu sama lain. Sinopsis Veera Episode 152 pun Berakhir sampai disini. Ayo simak kelanjutan Ceritanya di Sinopsis Veera Episode 153 Hanya di Lampungway.com.
“Veera, Nimmo menangis itu karena dia harus meninggalkan rumahnya” jelas bibi Moti “Lalu kenapa harus menangis ? kak Nimmo kan pergi dengan kemauannya sendiri dan tidak ada seorang pun yang memaksanya untuk pergi, iya kan ?” tanya Veera polos “Veera sayang, dalam Bidaai semua orang akan menangis dan dengan sebuah pernikahan maka sebuah hubungan baru telah dibuat” ujar bibi Moti lagi
“Tapi kakak pernah bilang ketika sebuah hubungan terbaru telah dibuat maka kita boleh menangis dan itu adalah yang terbaik” ujar Veera polos “Semua orang yang ada disini jangan khawatir ataupun menangis karena kak Nimmo akan pergi ke sebuah desa yang sangat jauh dan kalian semua bisa menemuinya ketika kalian ingin bertemu dengannya” bibi Moti bisa menerima pendapat Veera
“Iya betul, anak anak tidak akan pernah menjadi orang asing untuk orang tua mereka masing masing” sela Ratan “Ini adalah sebuah pesta yang untuk dirayakanNimmo akan menjadi yang terbaik dan berbeda dari yang lain Nihal menyapa mertua Nimmo yang sedang berada diluar “Kalian pasti akan terkejut karena kali ini pesta perpisahannya agak sedikit berbeda dan mulai dari sekarang setiap anak perempuan yang telah menikah akan dikirimkan ke rumah mertuanya dengan perasaan bahagia” ujar Nihal yang kemudian pergi meninggalkan mertua Nimmo
Saat itu Nihal mulai memainkan boneka, Ranvi dan Veera segera masuk ke dalam kamar karena Veera sudah mengantuk, semua wanita dan anak anak mulai menari kembali, tak lama kemudian Balwant datang ke tempat pesta tersebut, namun tidak ada seorangpun yang melihatnya, Balwant kelihatan sangat sedih, bibi Moti dan Ratan yang melihat Balwant segera mengabarkan ke Balwant
“Tuan Balwant kalau kamu datang lebih awal tadi maka kamu akan melihat perpisahan yang spesial yang kami berikan untuk Nimmo” ujar mereka senang, saat itu polisi datang bersama mereka, Balwant sangat sedih dan meminta semua orang untuk berhenti menari dan bernyanyi, Balwant mulai menangis pilu “Tuan Balwant, kenapa kamu menangis ?” seluruh warga desa merasa heran dengan sikap Balwant, sambil menangis Balwant berkata “Sampooran sudah tidak ada lagi di dunia ini” semua orang tercengang mendengar pengakuan Balwant Bibi Moti tidak percaya dengan ucapan Balwant “Ini pasti ada kesalahpahaman” ujar bibi Moti,
Sementara Ratan langsung berteriak ke arah Balwant “Berani beraninya kamu mengatakan hal yang semacam itu, tuan Balwant !” teriak Ratan “Tuan Balwant mengatakan hal yang sesungguhnya, nyonya” sela polisi sambil mengulurkan baju Sampooran ke bibi Moti untuk mengeceknya,
Bibi Moti langsung terkejut ketika mengenali kalau baju itu memang bajunya Sampooran, bibi Moti kemudian menyuruh Ratan menyentuh pakaian Sampooran itu dan meminta pendapat Ratan, apakah itu bajunya Sampooran atau bukan “Apakah kalian telah yakin kalau itu adalah Sampooran ?” sela Kartar pada polisi tersebut
“Kami telah berusaha untuk mencari identitasnya tapi belum menemukan, oleh karena itu kami telah mengkremasi jenazahnya sesuai dengan peraturan pemerintah” ujar polisi itu lagi tapi Ratan tetap menolak kenyataannya dan berkata “Sampooranku tidak mungkin akan meninggalkanku !” teriak Ratan sambil berlari keluar, Balwant, Kartar dan Nihal segera mengikutinya di belakang,
Ratan segera berhenti di dekat traktor, Ratan melihatnya dengan cemas kemudian segera menaikinya dan mulai mengendarai traktor tersebut sebelum siapapun dapat menghentikannya Ratan melarikan diri, sementara Balwant, Nihal dan Kartar terus mengikutinya di belakang,
Saat itu Veera sedang melihat foto, Veera ingin ibunya terlihat cantik seperti yang ada di foto, Veera berharap ayahnya akan segera datang sehingga ibunya akan selalu terlihat cantik,
Pada saat yang bersamaan Ratan menghentikan traktornya di tengah tengah ladang dan berlari ke arah ladang, Nihal masih mengikutinya dibelakang, Blawant dan Kartar sudah tidak terlihat lagi, Ratan lalu berlutut di tengah ladang sambil berteriak “Sampoooooraaaannnn !!!” Nihal hanya bisa berdiri melihatnya
“Bagaimana bisa Sampooran meninggalkan aku ketika dia telah berjanji kalau akulah yang akan meninggal terlebih dulu sebagai suhaagan ! Bagaimana bisa dia melanggar janjinya ! Ketika aku selalu menjaga janjiku padanya ! Sekali lagi kamu telah menghancurkan hatiku, Sampooraaan dengan meninggalkan aku seperti ini !” Ratan terus menerus mengulang ucapannya ini berulang kali sambil menangis dengan keras,
Balwant dan Kartar saat itu datang dengan mobil jeep, tepat pada saat itu Ratan jatuh pingsan dan Nihal segera memegangnya dengan erat, kemudian membawanya, Nihal dan Kartar saling berpandangan satu sama lain. Sinopsis Veera Episode 152 pun Berakhir sampai disini. Ayo simak kelanjutan Ceritanya di Sinopsis Veera Episode 153 Hanya di Lampungway.com.