Di koridor rumah sakit, Mr.rathore berjalan kearah patung dewa Ganesha dan berkata,”Kau telah merenggut segalanya dariku, semua orang yang aku sayangi dan menyayangiku. Kau sangat senang melakukannya. Kau hanya menginginkan ini bukan? Tapi aku tidak akan pernah menyerah. Di duniamu, yang miskin menjadi semakin miskin dan yang kaya melalui garis keturunannya semena-mena dengan orang lain”
“Ini adalah keadilan bagimu! Apakah seperti ini caranya kau mengadili orang2? Kau membuat Tapasya tertembak? Mengapa bukan aku atau Tej Singh? Aku adalah musuhmu, harusnya kau mengambil nyawaku saja.”
“Dia sudah mencoba memperbaiki kesalahan2nya di masa lalu, apakah ini masuk akal?! Dia adalah seorang putri, seorang sahabat, seorang ibu, bagaimana bisa kau merenggut kebahagiaan dari keluarganya? Apa yang kau inginkan?”,
Mr.rathore kemudian menundukkan kepalanya, ia menangis dan berkata,
“Hari ini aku sudah kalah. Aku menyerah. Hanya ini yang kau inginkan bukan? Raghuvendra Pratap Rathore memohon kepadamu, jangan ambil dia dari hidupku, jangan ambil apapun lagi dariku”.
“Ini adalah keadilan bagimu! Apakah seperti ini caranya kau mengadili orang2? Kau membuat Tapasya tertembak? Mengapa bukan aku atau Tej Singh? Aku adalah musuhmu, harusnya kau mengambil nyawaku saja.”
“Dia sudah mencoba memperbaiki kesalahan2nya di masa lalu, apakah ini masuk akal?! Dia adalah seorang putri, seorang sahabat, seorang ibu, bagaimana bisa kau merenggut kebahagiaan dari keluarganya? Apa yang kau inginkan?”,
Mr.rathore kemudian menundukkan kepalanya, ia menangis dan berkata,
“Hari ini aku sudah kalah. Aku menyerah. Hanya ini yang kau inginkan bukan? Raghuvendra Pratap Rathore memohon kepadamu, jangan ambil dia dari hidupku, jangan ambil apapun lagi dariku”.