Berita  

Juara Muli-Mekhanai Lampung Tak Bisa Nyanyikan Lagu Lampung, Bikin Geram Walikota Bandar Lampung

Lampungway.com. Juara Muli-Mekhanai Lampung Tak Bisa Nyanyikan Lagu Lampung, Bikin Geram Walikota Bandar Lampung. Bagaimana rasanya terpilih menjadi Juara Muli-Menkhanai (Bujang Gadis) Lampung? Tentu sangat bangga dengan ajang tersebut, namun apa yang dirasakan oleh para pememang Muli-Mekhanai 2016 justru sebaliknya.

Juara Muli-Mekhanai Lampung Tak Bisa Nyanyikan Lagu Lampung, Bikin Geram Walikota Bandar Lampung
Juara Muli-Mekhanai Lampung Tak Bisa Nyanyikan Lagu Lampung, Bikin Geram Walikota Bandar Lampung

“Tamparan keras” untuk para pemenang dihadiahkan oleh Walikota Bandar Lampung, Herman HN, hal tersebut mencuat saat Pawai Budaya pada pekan lalu, ketika Wali Kota Bandar Lampung Herman HN secara spontan meminta kepada para pemenang Muli dan Mekhanai untuk menyayikan lagu berbahasa Lampung.
Pemenang Muli Mekhanai tak bisa menyanyikan lagu berbahasa Lampung terungkap saat digelarnya Pawai dan Karnaval Budaya Nusantara 2016 di Tugu Adipura, Minggu (22/5) lalu.
Para peserta pawai memang telah selesai tampil di panggung utama dan dewan juri tengah menghitung nilai serta menentukan juara, dalam perhelatan HUT Kota Bandar Lampung ke-334. Insiden ini dianggap menampar perwajahan kebudayaan yang ada di Kota Tapis Berseri.
Untuk mengisi waktu luang, panggung pun diisi dengan hiburan menyanyi yang dimulai dari Wakil Wali Kota Yusuf Kohar yang melantunkan lagu Lampung ‘Tanah Lado’.
Mendadak, Wali Kota Herman HN meminta agar pemenang I,II, dan III Muli Mekhanai menyanyikan lagu Lampung. “Saya tidak melihat kalian waktu malam final itu. Jadi sekarang saya minta pemenang I, II, dan III nyanyi lagu Lampung, sendiri-sendiri jangan berpasangan. Coba nyanyi sekarang. Kalau nggak bisa, copot saja gelar juaranya itu,” tukasnya.
Panggung tempat Muli Mekhanai berada terdengar riuh. Uniknya, instruksi langsung dari orang nomor satu di Kota Tapis Berseri tidak segera dilaksanakan, dengan dalih sound system mendadak error. Padahal sebelumnya baik-baik saja.
Setelah menunggu sekitar 30 menit, seorang Mekhanai maju dan menyanyikan lagu ‘Cangget Agung’ dengan baik. Disusul seorang Muli yang mencoba menyanyikan salah satu lagu Lampung. Tetapi dihentikan oleh Herman HN, karena mencontek lirik lagu yang ada di ponsel.
“Coba saya maunya yang tidak mencontek teks. Saya mau yang bisa saja,” tukas Herman. Panggung tersebut kembali hening, sampai akhirnya seorang Mekhanai pun maju dan menyanyikan lagu Tanah Lado dengan baik yang ternyata merupakan pemenang Mekhanai IV.
“Kamu pemenang IV ya? Saya minta yang juara I, II, dan III. Mana yang menang? Ini kenapa panitia bisa memenangkan orang yang nggak bisa nyanyi lagu Lampung? Mana panitianya? Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kan?,” sergah Herman HN.
Seorang perempuan yang mengaku dari tim panitia Disbudpar maju dan menjelaskan, bahwa para pemenang Muli Mekhanai ini fasih dalam berbahasa Inggris.
“Buat apa bisa bahasa Inggris. Memangnya kita mau lomba internasional. Kita kan mau lomba di tingkat Provinsi Lampung. Coba kalau nggak percaya, nanti di kompetisi tingkat provinsi disuruh nyanyi lagu Lampung, bukan lagu bahasa Inggris,” tukas Herman HN.
Menanggapi fenomena ini, anggota Komisi IV DPRD Kota Bandar Lampung, Imam Santoso, mengaku kecewa. Pemenang Muli Mekhanai yang tak mampu menyanyikan lagu Lampung dianggap merupakan kesalahan panitia.
Hal senada juga disampaikan anggota DPRD Kota Bandar Lampung lainnya, Syarif Hidayat, yang menegaskan jika seharusnya ada penilaian tentang penguasaan bahasa Lampung.
“Ini daerah Lampung, seharusnya ada penilaian tentang penguasaan bahasa Lampung dan bisa menyanyikan lagu daerah Sai Bumi Ruwai Jurai,” ujarnya
Hal tersebut tidak berhenti disitu saja, Medsos pun ramai berkicau tentang ketidakbecusan pememang juara I,II dan II Muli-Menkhanai pun di-bully para netizen di media sosial (Medsos), juara pertama Mekhanai (Bujang) Kota Bandar Lampung tahun 2016, Prasetya Wibisono, menyambangi kantor wali kota Bandar Lampung, Jumat (27/5/2016).
Prasetya mengaku jika dirinya dikecam dan di-bully oleh netizen, karena tidak mampu menyanyikan lagu berbahasa Lampung. Bahkan, menurut dia, kemenangan Muli-Mekhanai (Bujang-Gadis) Kota Bandar Lampung 2016 dituding merupakan pemenang ‘titipan’, hingga penjurian yang tidak sesuai.
“Sejak dulu jurinya tetap itulah. Jadi kriteria yang diminta seperti apa,” ujar Prasetya, yang juga mahasiswa Teknik di Universitas Bandar Lampung (UBL) itu. Sementara pemenang pertama untuk Muli adalah mahasiswi Universitas Lampung (Unila) bernama Feriska Anggrelita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *