Anggota DPRD Lampung Putra Jaya Umar Desak Pemerintah Tutup Keran Impor Tapioka

Bandarlampung (LW): Anggota Panitia khusus (Pansus) Tata Niaga Singkong DPRD Provinsi Lampung, Putra Jaya Umar, mendesak pemerintah pusat untuk segera menutup keran impor tapioka yang dinilai merugikan petani singkong lokal. Menurutnya, kebijakan impor yang terbuka tanpa kontrol menjadi salah satu penyebab anjloknya harga tepung tapioka di pasar domestik.

Saat diwawancarai, Putra Jaya Umar menjelaskan bahwa meskipun produksi singkong dalam negeri belum mencukupi kebutuhan tapioka nasional, yang sebenarnya tidak terlalu besar hanya sekitar 2,5 juta ton, kekurangan pasokan selama ini dipenuhi melalui impor dari Thailand. Namun, kebijakan impor yang tidak terkendali justru membuat harga tapioka di dalam negeri turun signifikan.

“Harga tepung tapioka yang sebelumnya Rp6.800 kini turun menjadi Rp6.300. Penurunan ini sangat berdampak pada petani singkong, karena harga singkong ikut merosot,” ujarnya saat ditemui di DPD Golkar Lampung, Selasa (16/1).

Untuk melindungi petani lokal dan menjaga stabilitas harga, Anggota Komisi I DPRD Provinsi Lampung ini meminta agar Kementerian Pertanian dan kementerian terkait menutup keran impor tapioka di seluruh Indonesia. Sebagai solusi, ia mengusulkan agar pemerintah mengelola kekurangan pasokan dengan melibatkan BUMN atau lembaga lain, sehingga harga tetap stabil dan tidak merugikan petani.

“Kami mendorong pemerintah untuk mengelola kekurangan pasokan dengan mekanisme yang adil. Jika harga impor murah dan dijual di dalam negeri, keuntungannya harus masuk ke kas negara, bukan justru merugikan petani kita,” ucap kader Partai Golkar Lampung ini.

Selain itu, Putra menekankan pentingnya peningkatan produktivitas singkong dalam negeri melalui riset dan pengembangan bibit unggul. Dengan adanya bibit singkong yang dapat menghasilkan tonase tinggi dan kadar pati yang lebih baik, diharapkan ketergantungan terhadap impor bisa berkurang.

“Kementerian Pertanian harus serius dalam menciptakan bibit singkong unggul. Jika produktivitas petani meningkat, kita tidak akan lagi bergantung pada impor,” pungkasnya. (*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *