Mr. rathore berdiri di pintu dapur memperhatikan Akash yang sedang memotong tomat.
Mr. rathore : Kau merasa sedih karena semua yang terjadi tidak seperti yang kau bayangkan?
Akash : Aku sedang memotong bawang, karena itu air mataku mengalir.
Mr. rathore : Apakah di Aatishgarh tomat disebut bawang? Hadiah yang diberikan dengan penuh cinta tidak diterima. Merasa sedih lalu menangis kan?
Akash : Aku memang pantas menangis. Aku juga harus mendapat kepedihan yang sama seperti yang aku lakukan pada Meethi. Aku hanya sedang merasa sedih.
Mr. rathore : Dia berhak marah padamu. Aku tidak tau apakah cintamu itu tulus atau tidak tapi jika iya, maka setiap kebahagiaanmu adalah kebahagiaan baginya dan setiap kesedihannya adalah kesedihanmu juga.
Tuan Takhur kemudian masuk kedalam dapur ikut bergabung dalam pembicaraan mereka.
Tuan Takhur : Apa kau tau Mr. rathore? Selama 3 malam ini Akash tidak tidur sama sekali. Dia pergi diam-diam dari rumah. Aku juga sudah tau apa alasannya. Akash, aku tau kalau kau bekerja di bengkel pada malam hari dan aku sudah melihatnya sendiri. Aku belum memberitahu siapapun di rumah ini karena aku ingin tau apa alasan dibalik ini semua. Sekarang setelah mengetahui kebenarannya, hatiku telah tersentuh olehmu, percayalah.
Akash : Aku tidak akan mengecewakanmu. Aku akan bekerja keras untuk mendapatkan cintanya. Suatu hari aku akan memakaikan gelang kaki ini kepadanya dengan tanganku sendiri.
Tuan Takhur : Kau tau Mr. rathore? Teh buatan juru masak kita sangat nikmat.
Mr. rathore : Aku akan menyicipinya hanya jika tehnya disajikan dengan cemilan pendamping (gorengan)
Akash : Aku akan membuatkannya untukmu.
Mr. rathore : Buatlah dengan bawang dari Mumbai, jangan dengan bawang dari Aatishgarh (tomat).
Akash berterimakasih pada dewa atas perubahan sikap Tuan Takhur dan Mr. rathore kepadanya.