Sayangkan Teror Diskusi Papua di Kampus UNILA, Taufik Basari: Ada ketakutan apa yang disembunyikan?

Jakarta (LW): Munculnya beberapa aksi teror hingga pembubaran diskusi terkait isu rasial Papua di sejumlah kampus menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari Anggota DPR RI Taufik Basari. Melalui keterangan tertulisnya pada Selasa (16/06), anggota komisi III dari Fraksi Nasdem ini menyayangkan adanya dugaan teror kepada penyelenggara diskusi Papua di Universitas Lampung (Unila) pada 11 Juni 2020.

Taufik mengingatkan, jika mahasiswa hingga akademisi di kampus memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat sebagai bagian dari upaya mengembangkan tradisi berfikir kritis. Diskusi yang dilakukan di kampus baik secara langsung ataupun melalui daring, harus dipahami sebagai cara mahasiswa memupuk sikap kritis dan analitiknya.

“kalau keseringan meneror dan membubarkan diskusi kampus ini jadi pertanyaan besar. Ketakutan apa sebenarnya yang coba disembunyikan? segitu terancamkah negara dengan tema diskusi terkait Papua?” ungkapnya.

Taufik menilai pihak-pihak yang mengganggu kebebasan yang dimiliki mahasiswa dengan mencoba mengintervensi gerakan hingga imajinasi berpikir mahasiswa harus segera dihentikan. Dirinya bahkan mengingatkan agar negara dan aparat harusnya hadir mengembalikan kepercayaan masyarakat tentang penegakan HAM, bukan malah menakut-nakuti.

“tema yang didiskusikan itu bukan sesuatu yang harus membuat negara menjadi ketakutan. Justru dengan adanya diskusi seperti itu, bisa menjadi ruang untuk mengkaji dengan jernih akar persoalan yang ada. Jangan malah seolah-olah ada sesuatu yang ingin dibungkam” katanya.

Politisi Nasdem yang pernah menjadi direktur YLBHI ini memberikan penegasan dukungan kepada mahasiswa dengan menawarkan dirinya sebagai salah satu narasumber jika ada yang ingin menggelar diskusi serupa.

“saya bahkan siap menjadi narsum jika ada lagi mahasiwa yang akan membuat diskusi. Saya bisa hadir dalam kapasitas saya sebagai anggota DPR RI Komisi III atau sebagai wakil ketua badan sosialisasi MPR” ungkapnya.

Seperti diketahui, aksi teror kembali menimpa panitia acara diskusi yang bertajuk “Diskriminasi Rasial terhadap Papua”. Lembaga Pers Mahasiswa Teknokra Universitas Lampung menjadi korban. Panitia mendapatkan serentetan teror mulai dari akun media sosial yang diretas hingga teror ojek daring.

Aksi teror juga sebelumnya dialami Amnesty International Indonesia saat menggelar diskusi tentang hak asasi manusia dan persoalan Papua pada Jumat (5/6/2020). Tak hanya teror via telepon, aplikasi Zoom mereka juga disusupi oleh beberapa akun anonim yang menginterupsi jalannya diskusi dengan suara-suara bising. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *