Berita Lampung Terkini
Berita  

Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 363

Lampungway.com – Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 363. Pada Kisah atau Sinopsis Jodha Akbar Episode 362 sebelumnya, Debroo menuliskan tentang bagaimana putra Ratu Jodha (Salim) yang tertarik dengan alunan musik saat ia sedang membagikan emas ke fakir miskin. Ia terus mencari kearah dimana musik itu berasal. Kemudian Salim masuk ke sebuah ruangan dan menemukan banyak anak-anak perempuan yang sedang belajar menari klasik ‘Kathak’, dan matanya lansung tertuju pada seorang anak perempuan yang sedang menari, Salim sangat senang melihatnya menari. Mari simak Cerita nya kali ini.

Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 363

Pada Siang itu di luar istana, Salim terlihat begitu asyik melihat anak anak perempuan itu menari. Ia tersenyum gembira melihat Anarkali menari. Beberapa saat kemudian saat Anarkali sedang menari, gelang-gelang kakinya ‘ghoongroos’ lepas dari kaki mungilnya dan Salim yang mengambilnya. Setelah itu, Anarkali datang menemui Salim, “Heiii … kembalikan, itu punyaku” ujar Anarkali. “Aku adalah Pangeran Salim dan aku menyukai gelang kaki ini jadi aku tidak akan mengembalikannya ke kamu” kata Salim. “Oooh … jadi karena kamu pangeran, apapun yang kamu suka pasti kamu dapatkan, begitu ? tapi itu pemberian ibuku, tolong kembalikan … Pangeran” ujar Anarkali. “Kamu sudah menghilangkannya dan aku yang menemukannya jadi gelang kaki ini adalah milikku” kata Salim lagi.
Akhirya Anarkali menyerah lalu dia mencopot gelang kaki satunya dan memberikannya ke Salim gelang kaki pasangannya “Hmmm … sepasang gelang ini tidak boleh dipisahkan, nih ,,, bawa gelang kaki ini juga, anggaplah sebagai hadiah” kata Anarkali sambil memberikan gelang kaki pasangannya, “Lalu bagaimana kamu menari kalau tanpa gelang gelang kaki ini ?” tanya Salim. “Suara gemercing tidak hanya berasal dari gelang gelang kaki ini saja, Pangeran” kata Anarkali. lalu dia mengambil sebuah piring seng dan Anarkali menari diatas piring itu, piring tersebut juga memberikan suara gemercing, “Ambillah gelang-gelang kaki itu, itu akan menolongmu” kata Anarkali. “Beraninya kamu bicara seperti itu pada pewaris tahta Kerajaan” ujar Salim. “Hmmm … kamu itu masih terlalu kecil, lebih kecil dari jari sang Raja, kalo kamu sudah besar nanti dan menjadi seorang Raja, kamu baru akan dihormati oleh semua orang” kata Anarkali lagi sambil berlalu dari sana, Salim cuma bisa manyun melihatnya pergi.
Di Istana Mughal, Jalal sedang makan siang bersama seluruh keluarga besarnya, semuanya memberinya salam ketika dia memasuki ruangan, kemudian Jalal duduk dan menyuruh seluruh keluarganya untuk memulai makan. Tiba tiba ketika mereka akan duduk, Salim membunyikan suara gemercing, Murad langsung berbisik ke Adam kalo Salim punya gelang kaki penari yang suaranya berisik sekali. Kemudian Jalal bertanya : “Suara apa itu ? suara itu berasal dari mana ?”. “Salim menyembunyikan sesuatu, Yang Mulia” ujar salah satu anak, ketika Jalal sedang bertanya ke Salim, Murad berhasil merampas gelang kaki tersebut dan menunjukkannya ke Jalal “Ini yang Salim sembunyikan, Yang Mulia !” kata Murad.
Melihat gelang kaki tersebut Jalal heran, “Sekhu, dari mana kamu mendapatkan gelang kaki itu ?” tanya Jalal. “Aku sedang bermain, “ kata Salim dengan nada ketakutan, lalu Jalal menyuruh Salim meletakkan gelang kaki itu di atas meja dekat meja makan Jalal, dengan masih ketakutan Salim melangkah kearah meja ayahnya dan meletakkan gelang kaki itu disana dan berdiri ketakutan memandang Jalal, sesaat ketika Jalal mengambil pedangnya dari sarungnya, semuanya berada disana panic termasuk Jodha dan Rukayah, merekapun hendak bangkit tapi dicegah oleh Jalal “Jangan khawatir … aku tahu apa yang aku lakukan, Ratu Jodha” ujar Jalal.
Lalu ditaruhnya pedang tersebut disebelah gelang kaki Salim, “Sekhu … sekarang kamu harus memutuskan, kamu lebih suka yang mana ? pedang ini atau gelang kaki ini ?” kata Jalal … “Aku pikir mungkin kamu hanya menyukai pedang ini saja” ujar Jalal lagi. Ditanya seperti itu Salim bingung dan ketakutan, dipandanginya ibunya dan ayahnya secara bergantian, lalu Salim berlari kearah Jodha minta perlindungan, “Ada apa, ? kenapa kamu ini, Sekhu ?” tanya Jalal. “Ayah … pedang itu sangat berat” kata Salim. “Lalu … kamu lebih suka yang mana ?” tanya Jalal. “Aku suka suara gemercing gelang kaki itu, ayah … aku takut sama pedang” kata Salim. “Sekhu, kamu belum tahu apa apa tentang pedang, aku akan mengajarimu belajar main pedang, dan semua anak anak harus mempelajarinya, kamu tahu … pedang ini juga akan menimbulkan suara yang lebih dahsyat dibandigkan gelang kaki itu” kata Jalal.
Malam itu di kamar Jodha, Salim sedang bersama Jodha, “Ibu, apakah ayah marah padaku ?” tanya Salim, “Tidak … tidak apa apa, tapi tolong katakan sama ibu, dari mana kamu mendapat gelang kaki ini ?” kata Jodha. “Gelang kaki ini dari seorang anak perempuan yang egois dan tidak mau menghormatiku, ibu ,,, dia kelihatannya lebih muda dari aku tapi kelihatannya kami seumuran, dia itu banyak bicara, ibu” kata Salim.

“Lalu … kenapa kamu membawa gelang kakinya ?” tanya Jodha, “Dia sudah menghina aku, ibu” kata Salim lagi, “Itu tidak baik, nak … kamu adalah seorang calon raja, kamu seharusnya memberikan hadiah ke semua orang bukan mengambil milik orang lain ” ujar Jodha, “Tapi aku menemukannya tergeletak di lantai, ibu” bela Salim.
“Salim … gelang kaki itu bukan milik kamu dan mau kamu apakan gelang kaki itu ? kamu harus mengembalikannya ke anak perempuan itu, “Tapi gelang kaki itu sudah menjadi milikku, ibu … dan aku tidak akan memberikannya ke dia, pokoknya aku tidak akan memberikannya ke anak yang egois seperti dia” kata Salim.
“Kamu tidak suka anak perempuan ya ?” tanya Jodha, “Iyaaa … aku memang tidak suka anak perempuan, mereka itu egois !” kata Salim. “Salim, suatu saat ketika kamu besar nanti, kamu pasti akan menyukainya … ibu kan juga seorang perempuan” kata Jodha.
“Kalau Ibu dan nenek itu berbeda” kata Salim. “Lalu apa yang kamu katakan ke anak perempuan itu ?” tanya Jodha, “Aku bilang sama dia bahwa suatu saat aku akan menjadi seorang raja lalu dia bilang kalo aku ini lebih kecil daripada jari sang raja, lalu aku bilang lagi … suatu saat kalo aku jadi seorang raja aku akan menemuinya dan dia akan menghormatiku !” kata Salim.
Mendengar cerita anaknya Jodha tertawa … “Salim, kamu harus menghormati semua perempuan, jika ada seseorang yang lebih pintar dari kamu, kamu harus bisa menerimanya dan kamu juga harus berteman dengan mereka, ketika seseorang tahu bahwa kamu adalah anak seorang raja dan mereka mencoba mengajarimu sesuatu yang benar, dia adalah teman yang baik, sekarang … kamu harus mengembalikan gelang gelang kaki itu ke dia, bagaimana ? kamu setuju ?” kata Jodha, “Iyaa ibu … aku setuju, aku akan mengembalikannya” kata Salim.
Zil Bahar menegur Anarkali karena telah bertengkar dengan Salim, “Ibu … aku juga telah memberikan gelang kaki satunya ke dia, dia adalah calon seorang raja tapi dia bertengkar denganku hanya untuk sepasang gelang kaki” kata Anarkali. “Kita ini lebih kecil dibandingkan dia, nak … kamu bisa saja berbicara seperti itu ke dia, tapi kita sekeluarga tinggal disini ini karena restu sang raja, nak “ kata Zil Bahar, “Aku ingin gelang kakiku kembali, ibu …” kata Anarkali.
Malam itu Jodha menemui Jalal dikamarnya, Jalal kelihatan sedang termenung memikirkan sesuatu. “Kamu agak keras tadi ke Salim, Yang Mulia” kata Jodha, “Aku tahu apa yang aku lakukan, Ratu Jodha” ujar Jalal, “Aku percaya sama kamu tapi ingat dia masih terlalu kecil, dia masih anak anak” kata Jodha, “Yaaa … aku tahu, aku juga suka music tapi Sekhu akan menjadi seorang raja jadi aku ingin dia tahu betapa pentingnya sebuah pedang” kata Jalal … “Sekhu adalah anakku dan aku akan menanganinya dengan lembut, aku tahu … dia itu sama seperti kamu” kata Jalal.
“Hmm … akhirnya, kamu menerimanya kan ? kalo dia sama seperti aku ?” ujar Jodha, “Kamu tahu … dulu ketika pertama kali aku ketemu sama kamu, waktu itu aku tertawa” kata Jalal, “Oooh … jadi maksudmu kamu tidak suka aku ?” tanya Jodha, “Bukan begitu, dulu, kamu waktu itu masih kecil, seperti seorang anak kecil” ujar Jalal sambil mematutkan jarinya. mendengar seperti Jodha lansung marah dan menampik tangan Jalal “Kamu selalu menyakiti perasaanku, aku pergi !” ujar Jodha, sebelum beranjak pergi, Jalal sudah memegang lengannya … “Kamu tahu … aku sangat mencintai kamu, itulah mengapa aku juga sangat mencintai Salim” ujarnya , Jodha langsung luluh dan meletakkan kepalanya dipelukkan Jalal.
Rukayah sedang melihat para penari yang sedang menari, setelah tarian mereka selesai Rukayah memberikan hadiah ke penari tersebut, dia melemparkan perhiasannya berupa gelang ke arah mereka dan para penari itu mengambil perhiasan tersebut dan berlalu dari sana dan semua pelayannya pun ikut meninggalkan tempat tersebut. Rukayah teringat kejadian tadi di meja makan ketika Salim kedapatan menyembunyikan gelang kaki penari dan menaruhnya di meja dekat meja makan Jalal, “Sekarang … aku tahu apa yang dia sukai, dia tidak suka pedang tapi lebih suka pada gelang kaki, hal ini bisa menguntungkanku” ujarnya sambil tersenyum sinis.
Pagi itu, Salim sedang bersama dengan anak anak yang lain di tempat latihan bermain pedang, disana terdapat banyak sekali gelang kaki dan pedang. “Ini semua gara gara Salim, kita jadi terlibat dalam permasalahan ini” kata Murad, tak lama kemudian Jalal datang kesana, Salim sangat ketakutan melihat kedatangan ayahnya, Jalal terus memandang kearah Salim tanpa berkedip sambil menyiapkan dirinya untuk bertarung bersama para prajuritnya.
Sementara itu dari kejauhan ditenda tempat para Ratu, semua Ratu tegang terutama Jodha yang terus memperhatikan anak dan suaminya di arena tersebut “Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Jalal ?” ujar Hamida penasaran, “Yang Mulia akan memutuskan semuanya dengan benar, ibu … dia tahu apa yang harus dilakukan” ujar Rukayah.

Kemudian Jalal menyuruh Salim berdiri di tengah tengah arena, sesaat kemudian Tansen datang ke area tersebut bersama dengan gadis-gadis penari, Rahim langsung mendekati Salim dan berkata : “Pangeran kamu harus tetap fokus ke Yang Mulia saja, tidak boleh melihat para penari itu menari, Yang Mulia tidak akan menyukainya” ujar Rahim, Salim hanya mengangguk tanda mengerti.
Saat itu para penari mulai melakukan tariannya dan suara gemercing gelang kaki nyaring terdengar, di satu sisi Jalal sudah mulai bertarung melawan prajurit prajuritnya, Tansenpun memainkan alat musiknya, setelah dia menyelesaikan instrumentnya, Jalal mulai bertarung dengan pedangnya dan menimbulkan suara yang tidak kalah nyaringnya, kemudian dia berhenti dan para penari kembali memainkan gelang gelang kaki mereka, hal ini terjadi berulang ulang kali, suara gemercing gelang kaki dan pedang saling bersahut sahutan satu sama lain.
Salim tetap berusaha focus melihat ke ayahnya yang sedang bertarung, dia tidak melihat ke arah gadis penari itu sedikitpun, sampai akhirnya Jalal menghentikan pertarungannya dan memandang ke arah Salim lalu menghampiri ke anak tercintanya itu. Episode 363 pun berakhir.
Ayo simak terus Kisah selanjutnya pada Episode 364 berikutnya.. Hanya di Lampungway.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *