Lampungway.com – Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 377. Pada Kisah dalam Sinopsis Jodha Akbar Episode 376 sebelumnya, Debroo menuliskan tentang Bagaimana Jalal yang saat itu masih diGubuk Nenek Fatima terus berjaga diluar meski Rahim memintanya beristirahat. Waktu pun terus berlalu …. Jalal, Jodha dan Salim sama sama merasakan penderitaan akan tetapi Qadir tidak kunjung sembuh juga. Mari simak kelanjutanya.
Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 377
Saat itu didalam sebuah kamar istana, Qadir sedang diobati oleh parat tabib, para tim tabib Kerajaan sedang mengecek kesehatan Qadir, dia diobati di dalam istana, Jodha datang menemui para tabib, “Bagaimana keadaan Qadir ?” tanya Jodha, “Kami telah memberikan obat pada seluruh luka lukanya, Yang Mulia Ratu” jawab salah satu tabib istana, “Bolehkah aku mengikatkan tali suci ini ke tangannya ?” pinta Jodha, sang tabibpun mengangguk mengiyakan.
Kemudian Jodha mengikatkan tali suci itu ke tangan Qadir dan berdoa semoga Qadir segera sembuh, “Tabib, kapan Qadir akan segera sadar ?” tanya Jodha, “Kesehatannya sedikit demi sedikit berangsur membaik, kami sangat berharap dia akan segera sembuh, dia juga membutuhkan kekuatan doa, Yan Mulia Ratu” kata tabib yang lain,
“Selama ini aku berdoa untuk Qadir bukan karena agar Salim bisa segera kembali ke istana tapi aku tahu neneknya pasti akan menunggunya untuk kembali padanya sebagai mana aku tau perasaan seorang ibu ketika anaknya berada jauh darinya” ujar Jodha sambil menahan sesak di dadanya karena ingin rasanya dia menangis lalu Jodhapun berlalu dari sana diikuti oleh para pelayan.
Sementara itu Maan Sigh dan Todar Mal memberikan informasi ke Jalal, “Yang Mulia, beberapa pemborentak sudah terlihat memasuki Agra, mereka sudah mendengar bahwa Salim berada di luar istana, ujar Todar Mal, “Betul, Yang Mulia … saat ini mungkin mereka sedang bersiap siap untuk menyerang Salim” kata Maan Sigh , Jalal sangat terkejut, “Kalo begitu aku perintahkan padamu, Maan Sigh … tolong beritahu Rahim untuk waspada dan selalu memantau Salim, malam ini aku akan melindungi Salim !” ujar Jalal
Ketika Jodha sedang menuju ke kamarnya, tiba tiba saja Jodha melihat Salim dan Murad sedang bertengkar di halaman istana, Jodha sangat terkejut sekali, dalam pandangan Jodha disana Murad dan Salim sedang saling baku hantam satu sama lain, mereka terlibat pertengkaran sengit. Jodha segera datang menemui mereka dan mencoba merelai mereka berdua, Jodha langsung menegur mereka berdua,
“Kalian berdua ! sukanya bertengkar … hentikan !” ujar Jodha, “Salim ! ayooo minta maaf sama Murad !” tegur Jodha sambil menjewer telinga anak yang dikiranya adalah Salim padahal anak itu adalah Murad, Moti yang mengikuti Jodha merasa iba melihat Jodha seperti ini, karena pada kenyataannya yang bertengkar adalah Murad dan Danial, “Salim tidak ada disini, Yang Mulia Ratu” kata Danial, mendengar ucapan Danial, Jodha langsung tersadar bahwa anak yang dipegangnya tadi bukanlah Salim melainkan Murad,
“Iyaa ,,, tapi kalian berdua dengaku saat ini, janganlah bertengkar” pinta Jodha sambil kembali menahan sesak didadanya yang rasanya ingin meledak, “Yang Mulia Ratu, apakah kalo Salim tidak ada disini, kamu juga akan tetap menegur kami, menjewer telingaku ? aku tidak akan mengatakan apa apa sama kamu tapi aku mohon … janganlah menangis” pinta Murad, Jodha semakin terharu mendengar ucapan Murad, “Kamu boleh menjewer telingaku juga, Yang Mulia Ratu” kata Danial,
kemudian Jodha berlutut didepan mereka dan membuka tangannya untuk memeluk mereka berdua, anak anak itupun mendekat dan memeluk Jodha. “Murad benar, Ratu Jodha” kata Salima yang tiba tiba datang menemui mereka disana, “Anak anak ini adalah anak anakmu juga sama seperti Salim, Salim juga anakku” ujar Salima, “Aku bisa mengerti keadaanmu saat ini tapi kamu harus kuat, Salim akan segera kembali padamu, janganlah khawatir” bujuk Salima, Jodha hanya bisa mengangguk angguk sambil meneteskan air matanya.
Di gubuk nenek Fatima, Salim sedang membuat makanan, dia sedang mencoba membuat ‘roti’ sementara itu nenek Fatima sedang berada diteras diatas bale bale, tak berapa lam kemudian Rashid, Zil Bahar dan Nadira datang menemui mereka untuk mengunjungi nenek Fatima. Mereka bertiga langsung memberikan salam pada Salim, “Salam Pangeran Salim” ujar mereka bertiga kompak, “Aku bukan Pangeran disini tapi aku adalah rakyat biasa sama seperti kalian” kata Salim setelah menjawab salam mereka.
Kemudian Zil Bahar menanyakan keadaan Qadir pada nenek Fatima, “Qadir masih dalam pengobatan, semoga saja dia bisa segera kembali” kata nenek Fatima, “Untung saja kita punya Raja seperti Raja Jallaludin Muhammad Akbar yang telah mengirimkan pangerannya untuk melayani kamu ya, nek” ujar Zil Bahar. “Apakah kamu butuh sesuatu, nek ?” tanya Rashid, “Tidaaak , tidaaak aku tidak butuh apa apa … Pangeran Salim telah mengerjakan semua pekerjaan disini” ujar nenek Fatima
Sementara Nadira memperhatikan Salim dari kejauhan, “Meskipun dia itu seorang pangeran tapi dia sangat rendah hati dan mulia, dia mengerjakan semua pekerjaan di seluruh gubukku ini” ujar nenek Fatima lagi, Nadira yang sedari tadi memperhatikan Salim nampak penasaran dengan apa yang sedang Salim kerjakan kemudian dia beranjak mendekati Salim didapur, saat itu Salim masih asyik mengepal ngepalkan tepung terigu dan sekali kali meniup kompor kayu bakarnya agar apinya tetap besar.
Nadira penasaran ingin melihat bagaimana cara Salim membuat roti dan ternyata apa yang dilakukan Salim kurang tepat, pantas saja tepungnya tidak kalis, kemudian tanpa diminta Nadira langsung mengambil sedikit air dengan maksud ingin mambantu Salim, lalu dituangkannya air tersebut pada adonan yang sedang Salim buat, Salim sangat terkejut, “Kenapa kamu melakukan ini ?” tanya Salim, “Adonanmu itu kering makanya kamu kesulitan untuk membuatnya menjadi kalis” ujar Nadira, “Aku tidak butuh bantuanmu, aku tahu semua ini !” kata Salim,
“Hmmm … kamu memang egois, aku selalu membantu kamu” ujar Nadira, “Sudah aku katakan, aku tidak buth bantuanmu !” kata Salim, “Aku sudah sering membuat roti dirumahku, jadi aku tau bagaimana caranya” ujar Nadira, “Aku juga sedang belajar membuatnya, aku membuatnya setiap hari, dan kamu telah memberikan banyak aiar kedalam adonan ini “ kata Salim jengkel, Nadira yang juga kesal dengan Salim karena merasa bantuannya selalu tidak pernah dihargai oleh Salim, langsung mengambil segelas air lagi dan dituangkannya kembali kedalam adonan yang Salim buat tadi sehingga menyebabkan adonannya berantakan penuh dengan air,
“Beraninya kamu !” kata Salim, Salim langsung berdiri dan menyiram Nadira dengan air yang sudah tercampur dengan adonannya,Nadirapun menjerit memanggil ibunya “Ibuuuuuuuuuuu … !!” teriak Nadira, semua yang ada diluar langsung berhamburan masuk kedalam gubuk nenek Fatimah, “Aku tidak melakukan kesalahan apa apa, aku sedang mengerjakan pekerjaanku membuat adonan lalu tiba tiba Nadira menuangkan air kedalam adonanku sehingga adonanku jadi hancur berantakan” jelas Salim,
Zil Bahar langsung menegur Nadira, “Nadiraa ! ayooo … minta maaf sama Pangeran Salim” tegur Zil Bahar tapi Nadira diam saja, dia semakin tidak suka dengan Salim, “Sudah … kalo begitu ayoo kita pulang ! dan aku akan memberikan pelajaran buat kamu” ujar Zil Bahar dan tak berapa lama kemudian mereka bertigapun meninggalkan Salim dan nenek Fatima. Nenek Fatima yang datang terlambat akibat jalannya yang tertatih tatih mencoba menenangkan Salim dan mengajaknya untuk membuat roti kembali. “Lihat nek … Nadira menghancurkan adonanku” kata Salim, “Jangan khawatir, kita bisa membuatnya lagi” ujar nenek Fatima, “Nenek, lebih baik jangan undang dia lagi ke rumahmu, dia itu anak yang jahat” kata Salim jengkel sementara nenek Fatima hanya tersenyum.
Malam itu, Jalal dan para pengawal setianya sudah berada di sekitar gubuk nenek Fatima, “Kami sudah memperketat keamanan untuk pangeran Salim, Yang Mulia” ujar Maan Sigh, “Yaa …aku harap tidak akan terjadi apa apa pada Salim” kata Jalal. Sementara itu … Salim terlihat sedang berjalan jalan di hutan pada malam hari, Salim menangis kebingungan dan mencari cari Jodha, “Ibuuuu … dimanakah kamuu ? Ibuuuu …. “ ujar Salim tepat pada saat itu banyak orang orang asing tidak kenal yang berpakaian serba hitam menghadang dan langsung mengerumuni Salim, tepat pada saat itu Jodha yang sedang tertidur dilantai, terbangun dari tidurnya dan memanggil nama Salim “Saaallliiiim !!” teriak Jodha, rupanya Jodha mimpi buruk tentang Salim, tak berapa lama Moti datang menemui Jodha,
“Ada apa Jodha ?” tanya Moti ,”Aku mimpi buruk, Moti” jawab Jodha, “Jantungku berdebar sangat kencang, aku merasa saat ini Salim sedang dalam bahaya, aku mempunyai feeling yang sama ketika Hasan dan Hussain sekarat, aku tidak mau kehilangan Salim, Moti … aku harus bilang ke Yang Mulia” kata Jodha sambil bergegas mencari Jalal.
Jodha mencari cari Jalal kesana kemari didalam istana, mulai dari kamarnya, dihalaman istana bahkan disinggasananyapun Jalal tidak nampak, semua prajurit yang berjaga juga tidak mengetahui keberadaan Jalal, sampai akhirnya Jodha bertemu dengan ibu Hamida, “Ada apa, Jodha ? kenapa kamu kelihatan bingung seperti ini ?” tanya Hamida,
“Aku khawatir ibu, entah mengapa … aku merasa bahwa Salim sedang dalam bahaya, perasaan ini sama seperti ketika Hasan dan Hussain akan meninggal” ujar Jodha panic, Hamida menatapnya dengan perasaan iba,
“Aku tidak tahu kemana Yang Mulia pergi, dari tadi aku sudah mencari carinya, ibu” ujar Jodha lagi, “Jodha, lebih baik kamu pergi ke tempat Salim sekarang” pinta Hamida, “Tapi bagaimana dengan perintah Yang Mulia, ibuuu ?” tanya Jodha, “Jodha, cinta seorang ibu lebih besar dari pada yang lain, jika Jalal marah akan hal ini, dia bisa menghukumku, ini adalah perintahku … aku sebagai Marium Makani memerintahkanmu untuk pergi dan temui Salim, jangan sampai kamu tidak menemuinya, Jodha … kamu pasti tidak akan tenang, jadi pergilah dan temui dia” perintah Hamida, Jodhapun mengangguk dan mengatupkan kedua tangannya tanda terimakasihnya ke Hamida dan segera berlalu dari sana.
Jalal dan Rahim sedang berada di luar gubuk nenek Fatima, “Malam ini kita bersiaga, semuanya siap dalam posisi masing masing dan jangan sampai para penyerang itu keluar dari area ini” perintah Jalal pada pengawal setianya, “Sejauh ini semuanya aman dan terkendali, Yang Mulia” ujar Rahim, “Sampai sekarang memang kelihatan baik baik saja, Rahim …. tapi berdasarkan pengalamanku tidak ada yang baik baik saja selama ini, Rahim” kata Jalal, “Jika mereka menyerang malam ini, mereka tidak akan bisa keluar dari tempat ini hidup hidup” sela Todar Maal,
tepat pada saat itu Jalal melihat ada gerakan dan lampu obor yang menyala di balik semak semak, “Siap pada posisi masing masing, aku akan mengeceknya” ujar Jalal sambil mendekati ketempat yang mencurigakan tersebut, diam diam Jalal mendekati dan tak berapa lama Jalal langsung bisa meraih salah satu orang yang mencurigakan tersebut, Jalal langsung menodongkan pedangnya dileher orang tersebut tapi ketika orang itu menoleh ternyata orang itu adalah Jodha bersama beberapa prajurit yang mengawalnya.
Jalal kaget begitu mengetahui orang itu adalah Jodha, “Ratu Jodha, mau apa kamu disini ?” tanya Jalal “Bagaimana nanti kalo aku menyerangmu ? apakah kamu tidak bisa menghormati perintahku, Ratu Jodha ?” tanya Jalal, “Yang Mulia, aku selalu menuruti semua perintahmu, tapi malam ini jantungku berdegup sangat cepat, aku khawatir akan Salim, Yang Mulia” kata Jodha dengan harapan suaminya tidak marah padanya, “Aku tadi mimpi buruk tentang Salim, Yang Mulia dan lagi aku juga telah meminta injin dari ibu” kata Jodha, “Tapi kamu seharusnya tidak usah datang kesini, Ratu Jodha” ujar Jalal, “Yang Mulia, ketika seorang ayah bisa melindungi anaknya lalu mengapa ibunya tidak boleh melindunginya pula ?” tanya Jodha, “Aku merasa Salim sedang dalam bahaya malam ini, Yang Mulia” kata Jodha,
“Tapi ada aku, Ratu Jodha … Salim aman bersamaku, aku ada disini menemaninya” ujar Jalal, kemudian Jalal menyuruh para prajurit yang dibawa Jodha untuk membawa Jodha pulang ke istana, “Tidak ! aku tidak mau, aku mau melihat Salim terlebih dahulu” pinta Jodha, “Tapi saat ini keadaannya sedang berbahaya, Ratu Jodha … kamu harus pergi dari sini” perintah Jalal, tepat pada saat itu para pemborentak sudah berhasil mendekati gubuk nenek Fatima dan mereka mulai bersiaga untuk mengadakan penyerangan dan ketika dirasa waktunya tepat, mereka langsung menyerang para prajurit Jalal, mengetahui hal tersebut, Rahim langsung secepat kilat berlari kearah Jalal dan Jodha dan memberitahukan Jalal bahwa para pemborentak sudah melancarkan aksi penyerangannya,
“Baiklah , kamu pergi dulu” ujar Jalal sambil menggandeng tangan Jodha dan membawanya ke suatu tempat dan memintanya untuk tetap tinggal disana, “Kamu disini saja … jangan kemana mana, Ratu Jodha, ini perintah” ujar Jalal, Jalalpun memerintahkan para prajuritnya untuk melindungi Jodha lalu dia berlalu dari sana dan memulai serangannya ke para pemborentak tersebut.
Jodha bisa melihat dengan jelas bagaimana suami dan saudara saudaranya saling bertarung dengan pedang mereka, Rahim sempat terluka dan jatuh tersungkur tapi kemudian dia bangkit dan melanjutkan pertarungannya kembali, sementara itu didalam gubuk Salim tidur dengan nyenyaknya, Salim tidak menyadari kalo diluar gubuk sedang terjadi pertarungan yang cukup mengerikan. Dengan penuh keberanian Jalal membinasakan beberapa pemborentak yang menyerang kearahnya, kemudian dia meraih salah seorang pemberontak
“Siapa yang menyuruhmu ??!” tanya Jalal tapi pemborentak tersebut berhasil mendorong Jalal dan berlari secepat kilat sementara yang lainnya telah tewas terbunuh oleh pengawal Jalal. Setelah semua aman, Jalal langsung menemui Jodha “Ratu Jodha, aku tidak akan membiarkan apapun yang terjadi pada anakku, dia sama sekali tidak terluka” ujar Jalal, Jodha sangat lega mendengarnya. Dengan Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 377 pun berakhir. Ayo simak terus Kisah selanjutnya pada Episode 378 berikutnya Hanya di Lampungway.com
Kemudian Jodha mengikatkan tali suci itu ke tangan Qadir dan berdoa semoga Qadir segera sembuh, “Tabib, kapan Qadir akan segera sadar ?” tanya Jodha, “Kesehatannya sedikit demi sedikit berangsur membaik, kami sangat berharap dia akan segera sembuh, dia juga membutuhkan kekuatan doa, Yan Mulia Ratu” kata tabib yang lain,
“Selama ini aku berdoa untuk Qadir bukan karena agar Salim bisa segera kembali ke istana tapi aku tahu neneknya pasti akan menunggunya untuk kembali padanya sebagai mana aku tau perasaan seorang ibu ketika anaknya berada jauh darinya” ujar Jodha sambil menahan sesak di dadanya karena ingin rasanya dia menangis lalu Jodhapun berlalu dari sana diikuti oleh para pelayan.
Sementara itu Maan Sigh dan Todar Mal memberikan informasi ke Jalal, “Yang Mulia, beberapa pemborentak sudah terlihat memasuki Agra, mereka sudah mendengar bahwa Salim berada di luar istana, ujar Todar Mal, “Betul, Yang Mulia … saat ini mungkin mereka sedang bersiap siap untuk menyerang Salim” kata Maan Sigh , Jalal sangat terkejut, “Kalo begitu aku perintahkan padamu, Maan Sigh … tolong beritahu Rahim untuk waspada dan selalu memantau Salim, malam ini aku akan melindungi Salim !” ujar Jalal
Ketika Jodha sedang menuju ke kamarnya, tiba tiba saja Jodha melihat Salim dan Murad sedang bertengkar di halaman istana, Jodha sangat terkejut sekali, dalam pandangan Jodha disana Murad dan Salim sedang saling baku hantam satu sama lain, mereka terlibat pertengkaran sengit. Jodha segera datang menemui mereka dan mencoba merelai mereka berdua, Jodha langsung menegur mereka berdua,
“Kalian berdua ! sukanya bertengkar … hentikan !” ujar Jodha, “Salim ! ayooo minta maaf sama Murad !” tegur Jodha sambil menjewer telinga anak yang dikiranya adalah Salim padahal anak itu adalah Murad, Moti yang mengikuti Jodha merasa iba melihat Jodha seperti ini, karena pada kenyataannya yang bertengkar adalah Murad dan Danial, “Salim tidak ada disini, Yang Mulia Ratu” kata Danial, mendengar ucapan Danial, Jodha langsung tersadar bahwa anak yang dipegangnya tadi bukanlah Salim melainkan Murad,
“Iyaa ,,, tapi kalian berdua dengaku saat ini, janganlah bertengkar” pinta Jodha sambil kembali menahan sesak didadanya yang rasanya ingin meledak, “Yang Mulia Ratu, apakah kalo Salim tidak ada disini, kamu juga akan tetap menegur kami, menjewer telingaku ? aku tidak akan mengatakan apa apa sama kamu tapi aku mohon … janganlah menangis” pinta Murad, Jodha semakin terharu mendengar ucapan Murad, “Kamu boleh menjewer telingaku juga, Yang Mulia Ratu” kata Danial,
kemudian Jodha berlutut didepan mereka dan membuka tangannya untuk memeluk mereka berdua, anak anak itupun mendekat dan memeluk Jodha. “Murad benar, Ratu Jodha” kata Salima yang tiba tiba datang menemui mereka disana, “Anak anak ini adalah anak anakmu juga sama seperti Salim, Salim juga anakku” ujar Salima, “Aku bisa mengerti keadaanmu saat ini tapi kamu harus kuat, Salim akan segera kembali padamu, janganlah khawatir” bujuk Salima, Jodha hanya bisa mengangguk angguk sambil meneteskan air matanya.
Di gubuk nenek Fatima, Salim sedang membuat makanan, dia sedang mencoba membuat ‘roti’ sementara itu nenek Fatima sedang berada diteras diatas bale bale, tak berapa lam kemudian Rashid, Zil Bahar dan Nadira datang menemui mereka untuk mengunjungi nenek Fatima. Mereka bertiga langsung memberikan salam pada Salim, “Salam Pangeran Salim” ujar mereka bertiga kompak, “Aku bukan Pangeran disini tapi aku adalah rakyat biasa sama seperti kalian” kata Salim setelah menjawab salam mereka.
Kemudian Zil Bahar menanyakan keadaan Qadir pada nenek Fatima, “Qadir masih dalam pengobatan, semoga saja dia bisa segera kembali” kata nenek Fatima, “Untung saja kita punya Raja seperti Raja Jallaludin Muhammad Akbar yang telah mengirimkan pangerannya untuk melayani kamu ya, nek” ujar Zil Bahar. “Apakah kamu butuh sesuatu, nek ?” tanya Rashid, “Tidaaak , tidaaak aku tidak butuh apa apa … Pangeran Salim telah mengerjakan semua pekerjaan disini” ujar nenek Fatima
Sementara Nadira memperhatikan Salim dari kejauhan, “Meskipun dia itu seorang pangeran tapi dia sangat rendah hati dan mulia, dia mengerjakan semua pekerjaan di seluruh gubukku ini” ujar nenek Fatima lagi, Nadira yang sedari tadi memperhatikan Salim nampak penasaran dengan apa yang sedang Salim kerjakan kemudian dia beranjak mendekati Salim didapur, saat itu Salim masih asyik mengepal ngepalkan tepung terigu dan sekali kali meniup kompor kayu bakarnya agar apinya tetap besar.
Nadira penasaran ingin melihat bagaimana cara Salim membuat roti dan ternyata apa yang dilakukan Salim kurang tepat, pantas saja tepungnya tidak kalis, kemudian tanpa diminta Nadira langsung mengambil sedikit air dengan maksud ingin mambantu Salim, lalu dituangkannya air tersebut pada adonan yang sedang Salim buat, Salim sangat terkejut, “Kenapa kamu melakukan ini ?” tanya Salim, “Adonanmu itu kering makanya kamu kesulitan untuk membuatnya menjadi kalis” ujar Nadira, “Aku tidak butuh bantuanmu, aku tahu semua ini !” kata Salim,
“Hmmm … kamu memang egois, aku selalu membantu kamu” ujar Nadira, “Sudah aku katakan, aku tidak buth bantuanmu !” kata Salim, “Aku sudah sering membuat roti dirumahku, jadi aku tau bagaimana caranya” ujar Nadira, “Aku juga sedang belajar membuatnya, aku membuatnya setiap hari, dan kamu telah memberikan banyak aiar kedalam adonan ini “ kata Salim jengkel, Nadira yang juga kesal dengan Salim karena merasa bantuannya selalu tidak pernah dihargai oleh Salim, langsung mengambil segelas air lagi dan dituangkannya kembali kedalam adonan yang Salim buat tadi sehingga menyebabkan adonannya berantakan penuh dengan air,
“Beraninya kamu !” kata Salim, Salim langsung berdiri dan menyiram Nadira dengan air yang sudah tercampur dengan adonannya,Nadirapun menjerit memanggil ibunya “Ibuuuuuuuuuuu … !!” teriak Nadira, semua yang ada diluar langsung berhamburan masuk kedalam gubuk nenek Fatimah, “Aku tidak melakukan kesalahan apa apa, aku sedang mengerjakan pekerjaanku membuat adonan lalu tiba tiba Nadira menuangkan air kedalam adonanku sehingga adonanku jadi hancur berantakan” jelas Salim,
Zil Bahar langsung menegur Nadira, “Nadiraa ! ayooo … minta maaf sama Pangeran Salim” tegur Zil Bahar tapi Nadira diam saja, dia semakin tidak suka dengan Salim, “Sudah … kalo begitu ayoo kita pulang ! dan aku akan memberikan pelajaran buat kamu” ujar Zil Bahar dan tak berapa lama kemudian mereka bertigapun meninggalkan Salim dan nenek Fatima. Nenek Fatima yang datang terlambat akibat jalannya yang tertatih tatih mencoba menenangkan Salim dan mengajaknya untuk membuat roti kembali. “Lihat nek … Nadira menghancurkan adonanku” kata Salim, “Jangan khawatir, kita bisa membuatnya lagi” ujar nenek Fatima, “Nenek, lebih baik jangan undang dia lagi ke rumahmu, dia itu anak yang jahat” kata Salim jengkel sementara nenek Fatima hanya tersenyum.
Malam itu, Jalal dan para pengawal setianya sudah berada di sekitar gubuk nenek Fatima, “Kami sudah memperketat keamanan untuk pangeran Salim, Yang Mulia” ujar Maan Sigh, “Yaa …aku harap tidak akan terjadi apa apa pada Salim” kata Jalal. Sementara itu … Salim terlihat sedang berjalan jalan di hutan pada malam hari, Salim menangis kebingungan dan mencari cari Jodha, “Ibuuuu … dimanakah kamuu ? Ibuuuu …. “ ujar Salim tepat pada saat itu banyak orang orang asing tidak kenal yang berpakaian serba hitam menghadang dan langsung mengerumuni Salim, tepat pada saat itu Jodha yang sedang tertidur dilantai, terbangun dari tidurnya dan memanggil nama Salim “Saaallliiiim !!” teriak Jodha, rupanya Jodha mimpi buruk tentang Salim, tak berapa lama Moti datang menemui Jodha,
“Ada apa Jodha ?” tanya Moti ,”Aku mimpi buruk, Moti” jawab Jodha, “Jantungku berdebar sangat kencang, aku merasa saat ini Salim sedang dalam bahaya, aku mempunyai feeling yang sama ketika Hasan dan Hussain sekarat, aku tidak mau kehilangan Salim, Moti … aku harus bilang ke Yang Mulia” kata Jodha sambil bergegas mencari Jalal.
Jodha mencari cari Jalal kesana kemari didalam istana, mulai dari kamarnya, dihalaman istana bahkan disinggasananyapun Jalal tidak nampak, semua prajurit yang berjaga juga tidak mengetahui keberadaan Jalal, sampai akhirnya Jodha bertemu dengan ibu Hamida, “Ada apa, Jodha ? kenapa kamu kelihatan bingung seperti ini ?” tanya Hamida,
“Aku khawatir ibu, entah mengapa … aku merasa bahwa Salim sedang dalam bahaya, perasaan ini sama seperti ketika Hasan dan Hussain akan meninggal” ujar Jodha panic, Hamida menatapnya dengan perasaan iba,
“Aku tidak tahu kemana Yang Mulia pergi, dari tadi aku sudah mencari carinya, ibu” ujar Jodha lagi, “Jodha, lebih baik kamu pergi ke tempat Salim sekarang” pinta Hamida, “Tapi bagaimana dengan perintah Yang Mulia, ibuuu ?” tanya Jodha, “Jodha, cinta seorang ibu lebih besar dari pada yang lain, jika Jalal marah akan hal ini, dia bisa menghukumku, ini adalah perintahku … aku sebagai Marium Makani memerintahkanmu untuk pergi dan temui Salim, jangan sampai kamu tidak menemuinya, Jodha … kamu pasti tidak akan tenang, jadi pergilah dan temui dia” perintah Hamida, Jodhapun mengangguk dan mengatupkan kedua tangannya tanda terimakasihnya ke Hamida dan segera berlalu dari sana.
Jalal dan Rahim sedang berada di luar gubuk nenek Fatima, “Malam ini kita bersiaga, semuanya siap dalam posisi masing masing dan jangan sampai para penyerang itu keluar dari area ini” perintah Jalal pada pengawal setianya, “Sejauh ini semuanya aman dan terkendali, Yang Mulia” ujar Rahim, “Sampai sekarang memang kelihatan baik baik saja, Rahim …. tapi berdasarkan pengalamanku tidak ada yang baik baik saja selama ini, Rahim” kata Jalal, “Jika mereka menyerang malam ini, mereka tidak akan bisa keluar dari tempat ini hidup hidup” sela Todar Maal,
tepat pada saat itu Jalal melihat ada gerakan dan lampu obor yang menyala di balik semak semak, “Siap pada posisi masing masing, aku akan mengeceknya” ujar Jalal sambil mendekati ketempat yang mencurigakan tersebut, diam diam Jalal mendekati dan tak berapa lama Jalal langsung bisa meraih salah satu orang yang mencurigakan tersebut, Jalal langsung menodongkan pedangnya dileher orang tersebut tapi ketika orang itu menoleh ternyata orang itu adalah Jodha bersama beberapa prajurit yang mengawalnya.
Jalal kaget begitu mengetahui orang itu adalah Jodha, “Ratu Jodha, mau apa kamu disini ?” tanya Jalal “Bagaimana nanti kalo aku menyerangmu ? apakah kamu tidak bisa menghormati perintahku, Ratu Jodha ?” tanya Jalal, “Yang Mulia, aku selalu menuruti semua perintahmu, tapi malam ini jantungku berdegup sangat cepat, aku khawatir akan Salim, Yang Mulia” kata Jodha dengan harapan suaminya tidak marah padanya, “Aku tadi mimpi buruk tentang Salim, Yang Mulia dan lagi aku juga telah meminta injin dari ibu” kata Jodha, “Tapi kamu seharusnya tidak usah datang kesini, Ratu Jodha” ujar Jalal, “Yang Mulia, ketika seorang ayah bisa melindungi anaknya lalu mengapa ibunya tidak boleh melindunginya pula ?” tanya Jodha, “Aku merasa Salim sedang dalam bahaya malam ini, Yang Mulia” kata Jodha,
“Tapi ada aku, Ratu Jodha … Salim aman bersamaku, aku ada disini menemaninya” ujar Jalal, kemudian Jalal menyuruh para prajurit yang dibawa Jodha untuk membawa Jodha pulang ke istana, “Tidak ! aku tidak mau, aku mau melihat Salim terlebih dahulu” pinta Jodha, “Tapi saat ini keadaannya sedang berbahaya, Ratu Jodha … kamu harus pergi dari sini” perintah Jalal, tepat pada saat itu para pemborentak sudah berhasil mendekati gubuk nenek Fatima dan mereka mulai bersiaga untuk mengadakan penyerangan dan ketika dirasa waktunya tepat, mereka langsung menyerang para prajurit Jalal, mengetahui hal tersebut, Rahim langsung secepat kilat berlari kearah Jalal dan Jodha dan memberitahukan Jalal bahwa para pemborentak sudah melancarkan aksi penyerangannya,
“Baiklah , kamu pergi dulu” ujar Jalal sambil menggandeng tangan Jodha dan membawanya ke suatu tempat dan memintanya untuk tetap tinggal disana, “Kamu disini saja … jangan kemana mana, Ratu Jodha, ini perintah” ujar Jalal, Jalalpun memerintahkan para prajuritnya untuk melindungi Jodha lalu dia berlalu dari sana dan memulai serangannya ke para pemborentak tersebut.
Jodha bisa melihat dengan jelas bagaimana suami dan saudara saudaranya saling bertarung dengan pedang mereka, Rahim sempat terluka dan jatuh tersungkur tapi kemudian dia bangkit dan melanjutkan pertarungannya kembali, sementara itu didalam gubuk Salim tidur dengan nyenyaknya, Salim tidak menyadari kalo diluar gubuk sedang terjadi pertarungan yang cukup mengerikan. Dengan penuh keberanian Jalal membinasakan beberapa pemborentak yang menyerang kearahnya, kemudian dia meraih salah seorang pemberontak
“Siapa yang menyuruhmu ??!” tanya Jalal tapi pemborentak tersebut berhasil mendorong Jalal dan berlari secepat kilat sementara yang lainnya telah tewas terbunuh oleh pengawal Jalal. Setelah semua aman, Jalal langsung menemui Jodha “Ratu Jodha, aku tidak akan membiarkan apapun yang terjadi pada anakku, dia sama sekali tidak terluka” ujar Jalal, Jodha sangat lega mendengarnya. Dengan Inilah Sinopsis Jodha Akbar Episode 377 pun berakhir. Ayo simak terus Kisah selanjutnya pada Episode 378 berikutnya Hanya di Lampungway.com