Berita  

Narasi “Yuyun” Berdasarkan Kisah Nyata Dan Tragis Bikin Nangis Netizen

Lampungway.com – Membaca cerita ini seakan-akan kita Yuyun & korban menjadi kebiadaban 14 pemuda. Seolah merasakan sejarah ‘mengerikan’ yg dialami Yuyun.

"Kisah Yuyun" - Nyala Untuk Yuyun
“Kisah Yuyun” – Nyala Untuk Yuyun

Cerita tersebut diupload oleh akun bersama nama Eko Kuntadhi terhadap Selasa tengah malam.
Si pengunggah, Eko mengakui beliau bukanlah yg posting cerita ini, dirinya mengucapkan terima kasih kepada sekian banyak nama yg sudah memberikan salinan tulisan ini & diupload di dinding Facebooknya.
Belum didapati siapa yg posting cerita kisah tragis Yuyun ini tapi sampai kabar ini diturunkan, Rabu telah ada 3.9 ribu yg memberikan respon dgn emoticon, 2,8 ribu komentar & 3,779 akun membagikan kisah ini.
Membaca cerita ini dipastikan susah utk menahan air mata yg menetes.
Siapkan tisu sebab Kamu seolah jadi sosol Yuyun.
Satu Orang anak yg baru saja pulang dari sekolah dulu mengalami kejadian yg amat sangat mengerikan.
Membaca cerita ini tidak cuma seolah melamun menjadi korban yg mengalami histori tragis tetapi pun seolah mampu merasakan atmosfir menakutkan.
Merasakan ketakutan, merasakan sakit yg tidak terukur.
Sebahagian akbar netizen mengaku menangis sesudah membaca cerita ini & mengharapkan kejadian ini tidak terulang.
Berikut cerita yg disalin dari akun Fb Eko Kuntadhi.
NAMA SAYA YUYUN
Saya Yuyun, 14 tahun, siswi kelas 2 SMP 5 Satu Atap di Padang Ulak Tanding, Rejang Lebong, Bengkulu.
Tadi di sekolah ada kegiatan Pramuka, makanya saya memakai seragam cokelat.
Seragam Pramuka saya mungkin tidak sebersih seragam kamu saat sekolah. Maklum saya gadis desa yang akrab dengan getah pohon dan debu.
Tapi saya bangga menggenakannya.
Saya juga bangga menjadi siswi, bersekolah bersama teman-teman.
Bagi saya belajar adalah bagian dari perjalanan saya untuk mengenal dunia.
Mencerucup ilmu pengetahuan adalah bekal saya untuk masa depan.
Meski hidup di desa, di pelosok pulau Sumatera, saya juga punya cita-cita.
Saya juga punya harapan untuk masa depan. Sama seperti anak-anak lain.
Sama seperti putra dan putri bapak dan ibu.
Bukankah itu yang diajarkan, bahwa setiap anak harus menggantungkan cita-citanya setinggi langit?
Sore itu udara panas ketika saya melewati areal perkebunan sepulang sekolah. Hujan memang sudah lama tidak turun.
Meski sedikit haus, tapi saya harus cepat pulang.
Seperti biasa, saya hanya berjalan kaki, Menusuri tanah desa kami.
Saya ingin cepat sampai di rumah, melepaskan lelah setelah berjalan cukup jauh, dan berkumpul bersama keluarga.
Saya memang tidak pernah diantar-jemput ke sekolah.
Di desa kami, yang jauh dari keriuhan kota, berjalan kaki adalah kebiasaan.
Adakah yang lebih indah bagi kami, selain menusuri jalan-jalan kecil desa?
Menikmati sepinya suasana sambil bernyanyi kecil.
Membayangkan sendau gurau teman-teman di sekolah tadi pagi.
Di sebuah tikungan, di areal yang sepi saya berjumpa beberapa teman lelaki.
Mereka menghampiri saya. Saya kenal salah satunya. Dia adalah kakak kelas.
Mereka mengajak saya bergabung duduk di sana, tapi saya menolak. Saya ingin cepat pulang.
Saya juga tidak suka dengan bau mulut mereka.
Bau arak menguap, seperti kecoa yang keluar dari got. Juga biji mata yang semerah naga.
Tapi mereka tidak suka ditolak. Satu orang menarik tangan saya dengan kasar.
Saya menepisnya. Tiba-tiba dari belakang, seorang yang lain menyergap.
Membekap mulut saya, menghalangi suara teriakan. Saya hampir kehabisan nafas.
Salah satu dari mereka memukul dengan keras. Saya terhuyung.
Pandangan menjadi gelap. Yang lain membawa tali, mengikat tangan saya. Sambil terus meronta, saya berusaha melepaskan diri.
Tapi tenaga mereka seperti banteng. Ke 14 lelaki itu, yang sebagian juga mengenal saya, telah memperlakukan saya seperti binatang.
Saya dibanting dengan keras ke tanah, disusupkan diantara pepohonan.
Mereka menarik seragam Pramuka saya. Robek, Rok cokelat tua dikoyak.
Saya menjerit, tapi bekapan tangan mereka begitu kuat. Lalu dengan paksa mereka memperkosa saya.
Saat itu, di tengah himpitan kebejatan, saya hanya bisa merintih. Mulut saya tidak henti-hentinya memanggil ibu.
Saya berharap dia mendengar rintihan putrinya.
Ibu, inilah putri kecilmu. Dikangkangi gerombolan binatang dengan mulut bau arak dan nafsu luber di kepala.
Ibu inilah putrimu merintih menahan perih. Perih pada tubuhku. Pedih pada jiwaku. Mereka menyiksaku.
Merusak kehormatanku beramai-ramai.
Memukuli tubuhku dengan tangan dan kayu. Ibu inilah putri yang engkau lahirkan, yang engkau rawat dan sekolahkan.
Diperlakukan dengan bengis, disusupkan diantara ilalang, diikat seperti binatang. Ibu ini Yuyun.
Yuyun sendirian menghadapi kebuasan iblis yang menjelma manusia. Ibu…Tapi mereka terus menyerang kewanitaanku. 14 orang secara bergantian.
Saya rasa sekeji-kejinya binatang tidak ada yang memperlakukan mahluk seperti itu. Hanya rasa perih yang terasa,
Setiap saat semakin perih. Saya menjerit.
Tapi suara sudah habis. Jeritan saya disusul pukulan kayu ke kepala. Semuanya gelap.
Dalam gelap saya terbayang wajah sedih ibu. Air matanya meleleh. Melintas kemurungan di wajah bapak.
Urat mukanya tegang. Saya ingin memeluknya. Ingin mengadu pada mereka. Tapi suasana semakin gelap.
Saya tidak lagi merasa sakit. Setelah puncak rasa sakit, yang ada hanyalah kekosongan.
Tubuh saya ringsek. Seragam Pramuka yang hanya satu-satunya itu terkoyak. Kasian ibu, dia harus membelikan seragam Pramuka yang baru.
Maafkan saya, ibu. Kebengisan ini telah merusak seragam Pramukaku.
Maafkan aku bapak, pukulan kayu di kepalaku telah memisahkan kita untuk selamanya.
Nama saya Yuyun. Siswi kelas 2 SMP 5 Satu Atap, Padang Ulak Tanding, Rejang Lebang, Bengkulu.
Saya juga punya cita-cita, sama seperti anak bapak dan ibu.
Kini cita-cita itu tanggal. Saya hanya tinggal jasad, menggenakan seragam Pramuka yag koyak, ditemukan terikat di dasar jurang.
*) Terimakasih pada Rahmat Alam, Pebby Magdalena, Sebastian Lukito, Salma Indria Rahman Yohana Leo dan teman-teman lain yang memberikan copy tulisan ini lagi.
Komentar netizen :
Sebagian besar memberi tanggapan dengan emoticon menangis.
Ada juga yang mengaku tak bisa menahan airmata membaca narasi ini.
Suci Imuet: Surga menanti mu yuyun..allah akan membalas smua perbutan binatang yg biadap it dengan cara nya sendiri
Elfira Regina Nazyra: Sungguh kejam..
Yhunie OS Bengkulu: Semoga tenang disisi ny yun.
Siskania Mdf: Sampek nangis bacanya…ga bisa ngomong.
Ainn Arios: Ya Allah sy tak kuat menahan tangis membaca goresan ini ….smg yuyun ditempatkan disurganya allah…
Maretha Fransisca: Ya Allah…nangis!!aku jg wanita.punya anak gadis.tlg berikan keadilanMU ya Allah.
Elsarina Tarigan: Im on your side ..
Tisya A Damayanti: Perih sekali hati ini mmbacanya…. R. I. P YUYUN semoga tenang disisi tuhan ya nak….. Ditempatkan ditempat yang paling mulia disisi Tuhan.
Belasan tersangka dibekuk , Kepolisian Resor Rejang Lebong,Bengkulu, meringkus 12 remaja tersangka pemerkosaan kepada YN (14th), satu orang siswi SMP berprestasi di Kecamatan Padang Ulak Tanding, Kab Rejang Lebong.
Kepala Polres Rejang Lebong Ajun Komisaris Gede Polisi Dirmanto menyampaikan, 12 tersangka itu meliputi berinisial De (19th), To (19th), & Da (17th). Ke3 masyarakatDesa Kasie Kasubun, Padang Ulak Tanding, itu dibekuk kepada Jumat.
Dari pengembangan kasus tersebut, terhadap keesokan harinya, Sabtu giliran Su (19th), Bo (20th), Fa (19th), Za (23th), Fe (18th), Al (17th), Su (16th), & Er (16th), semuanya masyarakat Kasie Kasubun, ikut ditangkap polisi. Polisi awalnya meringkus tiga tersangka.
Dari ke-3 pelakulah didapati ada belasan remaja yang lain yg terlibat. “Korban dalam perjalanan pulang ke rumah dari sekolah. Waktu itu para tersangka sedang berkumpul, selanjutnya mereka mengikat korban & memerkosanya,” kata Dirmanto.
Perbuatan para tersangka tersebut menciptakan korban meninggal. Satu Orang tersangka mengakui bahwa semuanya mendapat giliran memerkosa korban. “Saat ini masihlah ada dua tersangka lain yg dalam pengejaran,” kata Dirmanto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *