Platform Lentera Terbitkan Kembali “Kota Cahaya” Isbedy Stiawan ZS

 

Bandarlampung (LW): Karya sastra tak pernah mati. Banyak karya sastra yang tetap relevan sehingga layak untuk diterbitkan ulang, meski masa penciptakan telah lewat berpuluh tahun lampau. Salah satunya buku kumpulan puisi Kota Cahaya karya Isbedy Stiawan ZS.

Terbitnya kembali kumpulan puisi Kota Cahaya berisi 100 puisi pilihan dengan titimangsa 1984-2005 tidak terlepas dari Yurie Arsyad Temenggung, mahasiswa S2 FKIP Universitas Lampung yang tengah bersiap menyusun tesis tentang puisi-puisi Isbedy.

“Saya sebenarnya sempat punya keinginan menerbitkan kembali antologi puisi Kota Cahaya yang pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Grasindo tahun 2025 dengan editor Pamusuk Eneste. Tapi terkendala tidak ada lagi dokumen dalam bentuk softcopy. Saya malas kalau harus mengetik ulang,” ujar Isbedy.

Menurut Isbedy, saat Yurie datang ke rumah dan mengubek-ubek koleksi bukunya, tiba-tiba dia menawarkan gagasan untuk menerbitkan kembali antologi Kota Cahaya. Kata Yurie, saat ini sedang tren sastrawan menerbitkan kembali karya-karya lawas.

“Saya kemudian menantang Yurie untuk mengetik ulang puisi-puisi itu. Ternyata Yurie bersedia sehingga dimulailah proses penerbitan ulang Kota Cahaya. Saya kemudian menghubungi Lukman Hakim Daldiri, yang saya tahu banyak memburu dan mendokumentasikan karya-karya lawas saya. Dari Lukman Hakim saya mendapat softcopy karya-karya saya sejak berkarya sampai yang bertarikh 2005,” terang Isbedy.

Dengan demikian. lanjut Isbedy, Yurie tidak perlu mengetik ulang seluruh karya dari antologi terbitan pertama. Tinggal memperbaiki typo dan salah ejaannya saja.

Menariknya, buku kumpulan puisi Kota Cahaya kemudian dipublikasikan di platform Lentera, sebuah perpustakaan digital yang memberikan akses membaca gratis bagi para penggunanya, namun tetap memberikan royalti kepada para penulis.

“Royalti dibayar oleh penerbit Lentera berdasar halaman buku yang dibaca, atau view,” ujar Isbedy. (*)

Berikut penggalan puisi Kota Cahaya karya Isbedy Stiawan ZS yang menjadi judul antologi tersebut.

KOTA CAHAYA

[..]
pecahan-pecahan bintang yang merantau
sepanjang malam akan rebah di kota ini
juga sisa perjalananku penuh luka
sekejap lelap di pelukanmu …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *